14831065

IQPlus, (28/5) - Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengatakan bank-bank Eropa menghadapi risiko yang semakin besar saat beroperasi di Rusia. Sedangkan AS tengah mempertimbangkan untuk memperkuat sanksi sekunder terhadap bank-bank yang terbukti membantu transaksi dalam upaya perang Rusia.

"Kami melihat potensi peningkatan sanksi yang lebih keras terhadap bank-bank yang melakukan bisnis di Rusia," kata Yellen, kepada Reuters dalam sebuah wawancara, namun menolak memberikan rincian dan tidak mengidentifikasi bank mana saja yang menjadi sasaran sanksi tersebut, dikutip dari CNBC International, Selasa, 28 Mei 2024.

Berbicara di sela-sela pertemuan para pemimpin keuangan G7 di Italia utara, Yellen mengatakan, sanksi terkait transaksi bank di Rusia hanya akan dikenakan jika ada alasan untuk melakukan hal tersebut. "Namun beroperasi di Rusia menciptakan banyak sekali risiko," tuturnya.

Ketika ditanya apakah dia ingin melihat Raiffeisen Bank International asal Austria dan bank Italia UniCredit keluar dari Rusia, Yellen berkata: "Saya yakin supervisor mereka telah menasihati mereka untuk sangat berhati-hati dalam melakukan apa yang mereka lakukan di sana".

Pengambil kebijakan bank sentral Eropa Fabio Panetta memberikan instruksi yang jelas kepada bank-bank Italia dengan mengatakan kepada wartawan bahwa pemberi pinjaman harus 'keluar' dari Rusia karena tetap tinggal di negara tersebut akan membawa 'masalah reputasi'.

Raiffeisen adalah pemberi pinjaman Eropa terbesar yang melakukan bisnis di Rusia, diikuti oleh UniCredit. Pemberi pinjaman besar Italia lainnya, Intesa Sanpaolo sedang berupaya untuk melepaskan bisnisnya di Rusia.

Otoritas sanksi sekunder baru yang dikeluarkan oleh Presiden AS Joe Biden memberi Departemen Keuangan wewenang untuk memutus bank-bank dari sistem keuangan AS jika bank-bank tersebut terbukti membantu menghindari sanksi utama terhadap Rusia dan entitas lain terkait perang Moskow di Ukraina. (end/ba)