KENAIKAN TARIF TAJAM AS KE TIONGKOK RUGIKAN PERDAGANGAN DAN EKONOMI GLOBAL

  • Info Pasar & Berita
  • 20 Mei 2024

14035354

IQPlus, (20/5) - Dana Moneter Internasional (IMF) mengkritik keputusan Pemerintahan Joe Biden yang secara agresif menaikkan tarif terhadap beberapa barang Tiongkok. Menggarisbawahi peringatannya bahwa ketegangan antara dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia berisiko merugikan perdagangan dan pertumbuhan global.

"Pandangan kami adalah bahwa AS akan lebih terlayani dengan mempertahankan kebijakan perdagangan terbuka yang penting bagi kinerja ekonominya," kata Juru Bicara IMF Julie Kozack di Washington, ketika ditanya tentang langkah tersebut awal pekan ini, dikutip dari The Business Times, Senin, 20 Mei 2024.

Bulan lalu, Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgvieva mengatakan, semua mata tertuju pada AS karena IMF semakin vokal dalam mengkritik pemegang saham terbesar dan paling berpengaruh atas dampak global dari kebijakan-kebijakannya.

Hal ini mencakup melonjaknya tingkat utang Washington, pembatasan perdagangan dan kebijakan industri yang ditujukan kepada Tiongkok, dan bahkan dampak dari kebijakan moneter ketat Federal Reserve, yang telah melemahkan mata uang secara global terhadap dolar AS.

Adapun Presiden Joe Biden mengumumkan kenaikan tarif besar-besaran pada sejumlah impor Tiongkok, termasuk kendaraan listrik, dalam upaya tahun pemilu untuk meningkatkan manufaktur dalam negeri di industri-industri penting.

Penasihat ekonomi utama presiden, Lael Brainard, membela tarif baru yang diperlukan untuk melindungi manufaktur baru-baru ini dan peningkatan lapangan kerja di AS dari ekspor yang harganya terlalu rendah dari Tiongkok.

Penelitian IMF menunjukkan bahwa fragmentasi dalam perekonomian global dapat menimbulkan berbagai dampak, termasuk potensi kerugian terhadap produk domestik bruto global sebanyak tujuh persen jika terjadi fragmentasi parah.

"Yang setara dengan output gabungan perekonomian Jerman dan Jepang. Kerugiannya akan lebih tinggi jika terjadi gangguan dalam perdagangan dan ketersediaan teknologi," pungkas Kozack. (end/ba)


Kembali ke Blog