33726133
IQPlus,(4/12) - Tim Ekonom Bank Mandiri mengungkapkan sejumlah faktor yang masih menghambat penyaluran kredit meski kondisi likuiditas perbankan mulai membaik.
Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro dalam paparan Macro Economic Outlook Q4 2025 di Jakarta, Rabu, menjelaskan pelaku usaha masih bersikap wait and see akibat ketidakpastian ekonomi global maupun domestik. Selain itu, porsi kredit yang telah disetujui namun belum dicairkan (undisbursed loan) masih tinggi di kisaran 25-29 persen.
Menurut laporan Office of Chief Economist Bank Mandiri, kredit modal kerja, yang mendominasi 53 persen portofolio kredit, juga mengalami perlambatan karena pelaku usaha menunda ekspansi di tengah outlook ekonomi belum solid.
Di sisi lain, suku bunga kredit tidak turun secepat BI Rate, sehingga minat kredit tetap rendah.
Laporan tersebut juga menyebutkan bahwa kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya stabil turut membuat bank lebih selektif dalam menyalurkan pembiayaan dan lebih memilih debitur berisiko rendah.
Segmen UMKM juga masih mengalami tekanan sehingga kontribusinya terhadap pertumbuhan kredit dari sektor ini belum optimal.
Laporan tersebut juga mengungkapkan bahwa banyak perusahaan memilih melunasi pembiayaan internal dibanding mengajukan kredit baru.
Meski demikian, Andry optimistis prospek penyaluran kredit akan membaik.
Ia menilai stabilitas geopolitik global, pelemahan dolar AS, serta pelonggaran moneter domestik diperkirakan akan mendukung arus modal dan permintaan kredit. Perbaikan belanja pemerintah dan inflasi yang tetap dalam target Bank Indonesia juga menjadi faktor pendorong daya beli dan kredit konsumsi.
"Memasuki 2026, arah kebijakan pemerintah sudah semakin terang. Sepanjang semester II 2025, kebijakan yang ditempuh terlihat jelas, sehingga memasuki 2026 sudah ada kejelasan," kata Andry.(end/ant)