13553574
IQPlus, (15/5) - Wakil Gubernur Bank Negara Malaysia Adnan Zaylani Mohamad Zahid menyebutkan Malaysia tidak akan menggunakan kebijakan moneter sebagai alat untuk menopang mata uang. Adapun keputusan kebijakan negara akan ditentukan oleh pertumbuhan ekonomi dan prospek inflasi.
"Kami tidak akan menggunakan suku bunga sebagai alat untuk mempertahankan ringgit, meskipun perbedaan suku bunga telah menjadi pendorong utama bagi sebagian besar kinerja yang telah kita lihat sejauh ini," katanya, dikutip dari CNBC International, Rabu, 15 Mei 2024.
Ringgit saat ini tidak mencerminkan fundamental ekonomi dan prospek pertumbuhan Malaysia, kata Bank Negara dalam sebuah pernyataan pekan lalu.
"Faktor-faktor eksternal, seperti pergeseran ekspektasi jalur kebijakan moneter negara-negara besar dan ketegangan geopolitik yang sedang berlangsung, telah menyebabkan meningkatnya volatilitas arus modal dan nilai tukar di kawasan ini, termasuk ringgit," tambahnya.
Seperti Malaysia, mata uang Asia lainnya seperti yen Jepang dan won Korea juga telah terpukul baru-baru ini akibat berlanjutnya penguatan dolar AS. Hal ini dipicu oleh ekspektasi bahwa Federal Reserve AS akan mempertahankan suku bunga lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama karena inflasi yang masih stabil.
Adnan Zaylani mengatakan bank sentral memperkirakan siklus suku bunga AS akan berubah pada suatu saat, yang kemudian akan mencerminkan kinerja ringgit. Sedangkan ringgit terakhir diperdagangkan pada 4,726 terhadap dolar pada Selasa.
Untuk menjaga stabilitas mata uang, Bank Negara Malaysia telah mengambil sejumlah langkah. .Kami terus melanjutkan operasi pasar kami yaitu menyediakan dolar dan menyediakan likuiditas ke pasar jika diperlukan,. pungkasnya. (end/ba)