22735118
IQPlus, (15/8) - CEO UBS Sergio Ermotti mengatakan volatilitas pasar dapat meningkat pada paruh kedua tahun ini, tetapi ia tidak yakin Amerika Serikat (AS) sedang menuju resesi. Tak ditampik, ekuitas global mengalami aksi jual tajam pada minggu lalu karena investor mencerna data ekonomi yang lemah dari AS.
Hal itu akhirnya menimbulkan kekhawatiran tentang penurunan ekonomi di ekonomi terbesar di dunia tersebut. Situasi tersebut juga menimbulkan pertanyaan tentang apakah Federal Reserve perlu bersikap kurang agresif dengan sikap kebijakan moneternya. Bank sentral AS mempertahankan suku bunga pada akhir Juli pada level tertinggi dalam 23 tahun.
"Tidak harus (ekonomi AS) resesi, tetapi perlambatan pasti mungkin terjadi. Indikator ekonomi makro tidak cukup jelas untuk membicarakan resesi, dan sebenarnya, itu mungkin terlalu dini," kata Ermotti, ketika ditanya tentang prospek ekonomi AS, dikutip dari CNBC International, Kamis, 15 Agustus 2024.
"Yang kami ketahui adalah bahwa Fed memiliki kapasitas yang cukup untuk turun tangan dan mendukungnya, meskipun akan memakan waktu, apapun yang mereka lakukan akan berdampak pada perekonomian," tambah CEO tersebut kepada CNBC.
UBS memperkirakan Federal Reserve akan memangkas suku bunga setidaknya 50 basis poin tahun ini. Saat ini, para pedagang terbagi antara pemangkasan 50 dan 25 basis poin pada pertemuan Fed berikutnya di September, menurut data LSEG.
"Kita mungkin akan melihat volatilitas pasar yang lebih tinggi pada paruh kedua tahun ini, sebagian karena pemilihan umum AS pada November," kata Ermotti.
"Itu salah satu faktornya, tetapi juga, jika saya melihat gambaran geopolitik keseluruhan, jika saya melihat gambaran ekonomi makro, apa yang kita lihat beberapa minggu terakhir dalam hal volatilitas, yang, menurut sudut pandang saya, merupakan tanda jelas dari kerapuhan beberapa elemen sistem. Kita harus memperkirakan tingkat volatilitas lebih tinggi," pungkasnya. (end/ba)