30638050
IQPlus, (3/11) - Sekretaris Jenderal Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) Rizal Affandi Lukman mengatakan bahwa kebijakan European Union Deforestasion-Free Regulation (EUDR) yang diberlakukan oleh Uni Eropa (UE) akan berdampak terhadap petani sawit Indonesia.
"Tantangan terberat bagi petani sawit Indonesia terletak pada ketelusuran, atau tracebility karena sebagian besar dari mereka bergantung pada pihak perantara dalam melakukan bisnis, sehingga melacak buah kelapa sawit hingga ke asalnya akan sulit dilakukan," kata Rizal pada Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) 2023 ke-19 di Bali, Jumat.
Ia mengatakan kebijakan EUDR yang diberlakukan UE pada 16 Mei 2023 lalu akan memberikan dampak signifikan terhadap petani sawit, sebab ada kesenjangan antara regulasi EUDR dan kondisi di lapangan yang dihadapi petani sawit sehari-hari.
Regulasi tersebut memberlakukan benchmarking atau pengelompokan negara eksportir berdasarkan tingkat risiko deforestasi, yakni .Risiko Tinggi., .Risiko Menengah. dan .Risiko Rendah..
Berdasarkan standard UE, Indonesia dinilai sebagai negara dengan penghasil komoditas yang memiliki risiko deforestasi tinggi, salah satunya melalui ekspor minyak kelapa sawit. Meskipun kebijakan ini bertujuan untuk mengurangi deforestasi di berbagai negara, namun terjadi ketimpangan antara tuntutan UE dan regulasi di lapangan.
"Tanpa kehadiran EUDR, petani sawit Indonesia telah mengalami tantangan dan masih membutuhkan bimbingan dalam memenuhi kriteria keberlanjutan industri sawit karena manajemen kelompok tani yang belum terorganisir, kurangnya akses pada alat pertanian yang berkualitas, dan pendanaan," katanya. (end/ant)