31353807
IQPlus, (10/11) - Ekonom Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (Perhepi) Khudori menilai Bulog harus mempercepat penyaluran beras setidaknya 1,5 juta-2 juta ton hingga akhir tahun 2025 ini, guna menghindari risiko penurunan mutu sekaligus menekan biaya penyimpanan.
Data per 4 November 2025 menunjukkan stok beras Bulog mencapai 3,91 juta ton, terdiri atas 3,75 juta ton cadangan beras pemerintah (CBP) dan 164 ribu ton beras komersial. Dari jumlah tersebut, 3,13 juta ton atau 79,39 persen berusia lebih dari empat bulan, sehingga berpotensi mengalami susut volume maupun penurunan kualitas.
"Di satu sisi bisa saja stok besar ini dianggap sebagai prestasi luar biasa sekaligus jadi instrumen penting buat jaga-jaga. Agar tidak ada pihak yang coba main-main, misalnya menahan stok. Di sisi lain, stok 3,9 juta ton juga bisa dianggap 'bom waktu' yang bisa meledak tiap saat," ujar Khudori dalam pernyataan di Jakarta, Senin.
Ia menambahkan Program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) hingga 4 November 2025 baru menyalurkan 577 ribu ton atau 38,49 persen dari target 1,5 juta ton.
Jika tren penyaluran tidak berubah, lanjut dia, hingga akhir tahun diperkirakan hanya 57,82 persen target yang tercapai. Ditambah bantuan pangan Oktober-November sebesar 366 ribu ton, stok akhir tahun diperkirakan masih berada di level 3,292 juta ton.
Khudori menekankan perlunya Bulog mempercepat penyaluran melalui berbagai gerai yang diatur dalam Inpres Nomor 6 Tahun 2025 tentang Pengadaan dan Pengelolaan Gabah/Beras Dalam Negeri serta Penyaluran Cadangan Beras Pemerintah, mulai dari SPHP, bantuan pangan, tanggap darurat bencana, hingga program Makan Bergizi Gratis. (end/ant)