03360168
IQPlus, (3/2) - Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memproyeksikan inflasi Indonesia akan berada di kisaran 2,33 persen pada akhir tahun 2025, meskipun terdapat fluktuasi harga yang dipengaruhi oleh berbagai faktor kebijakan dan kondisi pasar global.
Proyeksi ini didasarkan pada perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) Januari 2025 yang mencatat deflasi bulanan sebesar 0,76 persen (month-to-month/mtm), berbalik dari inflasi sebesar 0,44 persen (mtm) pada Desember 2024. Penurunan harga secara umum ini terutama didorong oleh kebijakan diskon tarif listrik rumah tangga yang diterapkan pemerintah sejak 1 Januari 2025.
"Karena pemerintah telah membatasi diskon tarif listrik untuk periode dua bulan, kami mengantisipasi bahwa inflasi akan tetap berada dalam kisaran target Bank Indonesia sebesar 1,5 - 3,5 persen pada akhir tahun, kecuali jika kebijakan tersebut diperpanjang hingga sepanjang tahun. Selain itu, inflasi pada tahun 2025 diperkirakan akan dipengaruhi oleh efek basis yang rendah dari tahun sebelumnya," kata Josua di Jakarta, Senin.
Di luar faktor yang didorong oleh kebijakan, ia memperkirakan tekanan inflasi yang timbul dikarenakan berlanjutnya pemulihan permintaan konsumen, yang dapat berkontribusi pada inflasi sisi permintaan yang moderat.
Inflasi yang diakibatkan oleh depresiasi nilai tukar rupiah juga memiliki peran penting dalam inflasi secara keseluruhan.
Diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini mengumumkan adanya deflasi bulanan yang terjadi pada Januari 2025 sebesar 0,76 persen (mtm). (end/ant)