EKONOM : TIONGKOK TAK MUNGKIN DEVALUASI YUAN SECARA AGRESIF UNTUK IMBANGI TARIF

  • Info Pasar & Berita
  • 11 Apr 2025

10047621

IQPlus, (11/4) - Tiongkok tidak akan dapat menggunakan yuan yang lebih lemah sebagai senjata dalam perang dagangnya yang semakin dalam dengan AS karena kekhawatiran bahwa langkah tersebut dapat memicu ketidakstabilan pasar keuangan, menurut pengamat pasar kepada CNBC.

Yuan offshore Tiongkok melemah ke rekor terendah 7,4287 terhadap dolar AS awal minggu ini setelah Bank Rakyat Tiongkok menetapkan nilai tukar titik tengahnya pada level terlemah sejak 2023. Demikian pula, yuan dalam negeri pada hari Kamis melemah ke 7,3509 terhadap dolar AS, level terendah sejak 2007, data dari LSEG menunjukkan.

Langkah tersebut memicu spekulasi bahwa Beijing akan membiarkan mata uang tersebut melemah lebih jauh untuk meredam dampak tarif Presiden AS Donald Trump.

Namun, analis memperingatkan bahwa pelemahan yuan yang signifikan dapat menimbulkan efek berantai, termasuk memicu arus keluar modal, sesuatu yang ingin dihindari oleh para pembuat kebijakan. Memang, yuan telah menguat baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

Di antara 11 analis yang disurvei oleh CNBC, mayoritas tidak melihat mata uang tersebut melemah secara signifikan dalam jangka panjang. Sebaliknya, para ekonom memperkirakan bank sentral akan merancang depresiasi yang teratur dan bertahap.

"Devaluasi RMB (Renminbi) tidak akan menjadi bagian dari perangkat pembalasan Tiongkok terhadap tarif AS," kata kepala Asia FX HSBC Joey Chew, merujuk pada nama lain untuk yuan Tiongkok.

"Faktanya, depresiasi yang cepat dapat melemahkan kepercayaan konsumen dan menimbulkan risiko pelarian modal," katanya kepada CNBC.

Arus keluar modal meningkat pesat pada tahun 2015 ketika Tiongkok mendevaluasi yuan. Tiongkok mengalami pelarian modal senilai hampir $700 miliar tahun itu, menurut data dari Institute of International Finance.

Dengan ekonomi Tiongkok yang sudah tersendat dan kenaikan cepat tarif AS yang mengancam akan menghambat ekspor, arus keluar modal yang cepat dari negara tersebut dapat semakin mempersulit pekerjaan para pembuat kebijakan.

"Devaluasi bukan lagi senjata perdagangan yang efektif,. kata Dan Wang, Direktur Tiongkok di Eurasia Group, yang menambahkan bahwa hal itu akan .mengundang krisis keuangan dengan sendirinya".

Pelarian modal adalah perhatian utama Beijing, katanya.

"Pemerintah akan berupaya semaksimal mungkin untuk meyakinkan pasar bahwa mereka memiliki kemampuan untuk mempertahankan yuan terhadap sanksi AS dan tidak ada pihak di pasar yang akan melakukan aksi short terhadap yuan," imbuh Wang. (end/CNBC)



Kembali ke Blog