22626292
IQPlus, (15/8) - Perekonomian Jepang tumbuh 0,3% pada kuartal kedua tahun 2025, dibandingkan dengan tiga bulan pertama tahun ini, karena negara tersebut bergulat dengan kebijakan tarif yang fluktuatif dari Amerika Serikat.
Pertumbuhan ini dibandingkan dengan revisi pertumbuhan 0,1% yang tercatat pada kuartal pertama, dan lebih tinggi dari perkiraan kenaikan 0,1% oleh para ekonom yang disurvei oleh Reuters.
Secara tahunan (year-on-year), PDB Jepang tumbuh 1,2% pada kuartal kedua, lebih rendah dari pertumbuhan 1,8% pada kuartal pertama.
Perkiraan PDB ini muncul di tengah upaya Jepang untuk mengatasi ketidakpastian perdagangan pada kuartal kedua, di mana negara tersebut baru mencapai kesepakatan dagang dengan AS pada 23 Juli.
Kesepakatan ini membuat Jepang menghadapi tarif menyeluruh sebesar 15% untuk semua ekspor ke AS, termasuk mobil.
Sepanjang kuartal kedua, Jepang terhindar dari tarif 24% yang diumumkan pada "Hari Pembebasan", tetapi harus menghadapi bea masuk sebesar 25% untuk sektor otomotif utamanya.
Ekspor otomotif ke AS merupakan landasan ekonomi Jepang, yang mencapai 28,3% dari seluruh pengiriman pada tahun 2024, menurut data bea cukai.
Data perdagangan dari April hingga Juni menunjukkan bahwa ekspor ke AS telah anjlok secara tahunan selama tiga bulan tersebut, dengan Juni mengalami penurunan pengiriman sebesar 11,4% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Marcel Thieliant, kepala Asia-Pasifik di Capital Economics, mencatat bahwa penurunan ekspor ke AS sebesar 11,4% merupakan yang terbesar sejak awal pandemi Covid-19 pada tahun 2020.
Setelah rapat pada 31 Juli, Bank of Japan menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi negara tersebut menjadi 0,6% pada tahun fiskal 2025, yang berlangsung dari April 2025 hingga Maret 2026.
Namun, bank sentral juga memperingatkan bahwa perdagangan dan kebijakan global lainnya akan menyebabkan perlambatan ekonomi di luar negeri, serta penurunan laba perusahaan domestik. (end/cnbc)