17657694
IQPlus, (26/6) - Pemerintah Filipina telah memangkas target pertumbuhan ekonominya tahun ini karena konflik di Timur Tengah menambah risiko dari dampak perang dagang pemerintahan Trump.
Perekonomian kini ditargetkan tumbuh 5,5 persen-6,5 persen tahun ini dari target sebelumnya 6 persen-8 persen, kata Menteri Keuangan Ralph Recto dalam pesan telepon seluler pada Kamis (26 Juni).
Revisi ke bawah tersebut menggarisbawahi tantangan yang meningkat bagi ekonomi Filipina, yang tumbuh lebih lambat dari yang diharapkan pada kuartal terakhir, sebagian karena ancaman tarif pemerintahan Trump yang merusak sentimen global. Negara Asia Tenggara yang bergantung pada impor bahan bakar ini juga rentan terhadap guncangan harga minyak karena ketegangan Israel-Iran.
Recto mengatakan asumsi inflasi pemerintah untuk tahun 2025 juga telah dipersempit menjadi 2 persen-3 persen dari perkiraan sebelumnya sebesar 2 persen-4 persen.
Perkiraan yang direvisi mendukung alasan pelonggaran kebijakan moneter lebih lanjut dari bank sentral, terutama karena para pedagang dan pemerintah di seluruh dunia masih gelisah karena konflik Timur Tengah, dan karena Trump terus melancarkan perang dagang.
Meskipun Filipina kurang bergantung pada perdagangan dibandingkan negara-negara tetangga, ekspornya ke AS sekarang dikenakan tarif sebesar 10 persen, yang dapat naik menjadi 17 persen jika negara tersebut gagal mendapatkan persetujuan Washington untuk pengurangan tarif. (end/Bloomberg)