16133923
IQPlus, (10/6) - Harga minyak melemah pada hari Senin, terbebani oleh penguatan dolar karena ekspektasi penurunan suku bunga didorong lebih lanjut menyusul data pekerjaan AS yang kuat pada hari Jumat.
Minyak mentah berjangka Brent dan minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS masing-masing turun 4 sen menjadi $79,58 dan $75,49 per barel, pada Senin pagi.
Pada hari Jumat, data menunjukkan AS menambah lebih banyak lapangan kerja dibandingkan perkiraan pada bulan lalu, menyebabkan investor memangkas ekspektasi penurunan suku bunga dan menyebabkan dolar menguat.
Penguatan greenback membuat komoditas dalam denominasi dolar seperti minyak menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
Euro juga berada di bawah tekanan, mencerminkan ketidakpastian di zona euro setelah Presiden Perancis Emmanuel Macron menyerukan pemilihan legislatif dini pada bulan Juni setelah ia dikalahkan dalam pemungutan suara di Uni Eropa oleh partai sayap kanan Marine Le Pen.
"Mengenai Macron dan pemilu, hal ini menciptakan lapisan ketidakpastian lain, yang terjadi setelah kejutan positif dalam data non-farm payrolls AS, yang menyebabkan imbal hasil melonjak lebih tinggi," kata Tony Sycamore, analis IG yang berbasis di Sydney.
Pasar fokus pada pertemuan Federal Reserve AS dan Bank of Japan minggu ini, dengan risiko hasil yang lebih hawkish, kata Sycamore.
"Hal ini kemungkinan akan menciptakan lebih banyak kecemasan di antara beberapa negara anggota OPEC+ mengenai kapan mereka dapat mengembalikan pengurangan produksi mereka ke pasar mengingat penerimaan negatif terhadap proposal ini yang diterima minggu lalu pasca pertemuan OPEC+," tambahnya.
Pengumuman tersebut bertepatan dengan peningkatan total stok minyak mentah dan produk komersial OECD di darat menjadi sekitar 48 juta barel pada bulan Mei, dibandingkan dengan rata-rata peningkatan sebesar 30 juta barel selama 2015-2019, kata konsultan energi FGE.
Analis dan pedagang memperkirakan permintaan liburan musim panas akan mengurangi stok dan mendukung harga.
"Kami terus memperkirakan pasar akan menguat dan harga minyak mentah mencapai level pertengahan US$80/bbl saat kita memasuki kuartal ketiga tahun 2024, namun hal tersebut kemungkinan memerlukan sinyal yang meyakinkan mengenai pengetatan dari data persediaan awal," kata FGE.
Brent dan WTI membukukan penurunan mingguan ketiga berturut-turut pada minggu lalu di tengah kekhawatiran bahwa rencana untuk mengurangi pengurangan produksi oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, mulai bulan Oktober akan menambah peningkatan pasokan global. (end/Reuters)