33724570

IQPlus, (4/12) - Harga minyak menguat pada hari Rabu (3 Desember) setelah AS dan Rusia gagal mencapai kesepakatan untuk mengakhiri perang di Ukraina yang dapat meringankan sanksi terhadap sektor minyak Moskow, meskipun kenaikannya tertahan oleh kekhawatiran kelebihan pasokan.

Minyak mentah Brent ditutup 22 sen AS, atau 0,4 persen, lebih tinggi ke US$62,67, sementara minyak mentah West Texas Intermediate AS naik 31 sen AS, atau 0,5 persen, ke US$58,95. Kedua kontrak tersebut turun lebih dari 1 persen pada sesi sebelumnya.

Stok minyak mentah, bensin, dan sulingan AS naik pekan lalu, menurut Badan Informasi Energi (EIA) pada hari Rabu, yang menambah kekhawatiran akan kelebihan pasokan.

Persediaan minyak mentah naik sebesar 574.000 barel dalam pekan yang berakhir 28 November, menurut EIA, dibandingkan dengan ekspektasi analis dalam jajak pendapat Reuters untuk penarikan 821.000 barel. Stok bensin naik sebesar 4,52 juta barel, jauh melampaui ekspektasi analis dalam jajak pendapat Reuters untuk penambahan 1,5 juta barel.

Stok distilat, yang mencakup solar dan minyak pemanas, naik sebesar 2,1 juta barel, yang juga melampaui ekspektasi kenaikan sebesar 0,7 juta barel. Data tersebut tertunda dan tidak dipublikasikan pada pukul 10.30 pagi ET (15.30 GMT) seperti yang diharapkan, dengan alasan kesulitan teknis.

"Secara keseluruhan, pasokan global masih cukup memadai. Pasar sedang menyesuaikan diri, karena perjanjian damai Ukraina-Rusia akan ditunda," kata Dennis Kissler, wakil presiden senior perdagangan di BOK Financial.

"Pasar masih dalam perdagangan yang sangat menegangkan karena kita menghadapi masalah geopolitik yang besar." Rusia dan AS gagal mencapai kompromi setelah pertemuan lima jam antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan utusan utama Presiden AS Donald Trump, ungkap pemerintah Rusia pada hari Rabu. (end/Reuters)