HARGA MINYAK NAIK LEBIH DARI SATU PERSEN

  • Info Pasar & Berita
  • 16 Feb 2024

04625648

IQPlus, (16/2) - Harga minyak naik lebih dari 1 persen pada hari Kamis (15 Februari) setelah data ritel Amerika Serikat mendorong aksi jual dolar AS, meskipun investor mengamati laporan Badan Energi Internasional (IEA) yang menandai melambatnya pertumbuhan permintaan tahun ini.

Minyak mentah berjangka Brent ditutup naik US$1,26, atau 1,5 persen, menjadi US$82,86 per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS naik US$1,39, atau 1,8 persen, menjadi US$78,03.

Indeks dolar AS turun sekitar 0,3 persen setelah data menunjukkan penjualan ritel AS turun lebih dari perkiraan pada bulan Januari. Pelemahan dolar biasanya meningkatkan harga minyak karena membuat komoditas tersebut lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.

Penjualan ritel turun 0,8 persen bulan lalu, Biro Sensus Departemen Perdagangan mengatakan pada hari Kamis. Data bulan Desember direvisi lebih rendah untuk menunjukkan penjualan naik 0,4 persen, bukan 0,6 persen, seperti yang dilaporkan sebelumnya.

Data tersebut mendorong optimisme terhadap penurunan suku bunga Federal Reserve di masa depan, yang dapat berdampak positif bagi permintaan minyak.

"Penurunan suku bunga kembali dilakukan dan itu memberi kita sedikit dorongan," kata Phil Flynn, analis di Price Futures Group.

Namun kenaikan harga minyak lebih lanjut dibatasi oleh laporan IEA pada hari Kamis yang mengatakan bahwa permintaan minyak global kehilangan momentum, sehingga mendorong badan tersebut untuk memangkas perkiraan pertumbuhan tahun 2024 menjadi 1,22 juta barel per hari (bph) dari 1,24 juta barel per hari.

Dari sisi pasokan, IEA memperkirakan pasokan akan tumbuh sebesar 1,7 juta barel per hari pada tahun ini, naik dari perkiraan sebelumnya sebesar 1,5 juta barel per hari.

Kedua kontrak acuan minyak tersebut kehilangan lebih dari US$1 per barel pada hari Rabu, tertekan oleh kenaikan persediaan minyak mentah AS karena penyulingan turun ke level terendah sejak Desember 2022.

Berita bahwa dua negara besar mulai mengalami resesi juga membebani harga.

Inggris jatuh ke dalam resesi pada paruh kedua tahun 2023 ketika produk domestik brutonya berkontraksi sebesar 0,3 persen pada kuartal keempat, setelah menyusut sebesar 0,1 persen pada kuartal ketiga, data resmi menunjukkan.

Jepang secara tak terduga tergelincir ke dalam resesi pada akhir tahun lalu, menyerahkan gelarnya sebagai negara dengan perekonomian terbesar ketiga di dunia kepada Jerman. (end/Reuters)



Kembali ke Blog