07652455

IQPlus, (18/3) - Harga minyak naik tipis pada hari Selasa, didukung oleh ketidakstabilan di Timur Tengah serta rencana Tiongkok untuk stimulus ekonomi lebih lanjut, meskipun kekhawatiran pertumbuhan global, tarif AS, dan ketidakpastian atas pembicaraan gencatan senjata Ukraina membatasi kenaikan.

Harga minyak mentah berjangka Brent naik 36 sen, atau 0,5%, menjadi $71,43 per barel pada pukul 07.00 GMT, sementara harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS naik 32 sen, atau 0,5%, menjadi $67,90.

"Bersamaan dengan serangan AS terhadap Houthi di Yaman, beberapa faktor memberikan dukungan kepada pasar," kata analis ING dalam catatan penelitian.

"China meluncurkan rencana untuk menghidupkan kembali konsumsi, sementara penjualan ritel dan pertumbuhan investasi aset tetap China lebih kuat dari yang diharapkan."

Dewan negara, atau kabinet, meluncurkan rencana aksi khusus pada hari Minggu untuk meningkatkan konsumsi domestik, dengan langkah-langkah seperti meningkatkan pendapatan dan menawarkan subsidi pengasuhan anak. Pada hari Senin, data ekonomi China menunjukkan bahwa pertumbuhan penjualan ritel meningkat pada bulan Januari-Februari, memberikan alasan bagi investor untuk optimis, meskipun produksi pabrik turun dan tingkat pengangguran perkotaan mencapai titik tertinggi dalam dua tahun.

Produksi minyak mentah di Tiongkok, importir minyak mentah terbesar di dunia, naik 2,1% pada bulan Januari dan Februari dari tahun sebelumnya, didukung oleh kilang baru dan perjalanan liburan Tahun Baru Imlek, data resmi menunjukkan pada hari Senin. Harga minyak mendapat dukungan dari janji Presiden Donald Trump untuk melanjutkan serangan AS terhadap Houthi Yaman kecuali mereka mengakhiri serangan mereka terhadap kapal-kapal di Laut Merah.

Trump mengatakan pada hari Senin bahwa ia akan meminta pertanggungjawaban Iran atas serangan apa pun yang dilakukan oleh kelompok Houthi yang didukungnya di Yaman. (end/Reuters)