33741542
IQPlus, (4/12) - Bank sentral Jepang terjepit karena melonjaknya imbal hasil obligasi pemerintah berisiko mengganggu proses normalisasi kebijakannya.
Bank of Japan menghadapi pilihan yang sulit: mempertahankan kebijakan menaikkan suku bunga dan mempertaruhkan imbal hasil yang lebih tinggi lagi yang akan semakin memperlambat ekonomi yang sudah lesu, atau mempertahankan, bahkan memangkas suku bunga untuk mendukung pertumbuhan yang dapat mempercepat inflasi lebih lanjut.
Obligasi pemerintah Jepang telah mencapai puncak baru selama sebulan terakhir. Pada hari Kamis, imbal hasil JGB 10-tahun acuan mencapai level tertingginya di 1,917%, melonjak ke level terkuatnya sejak 2007. Imbal hasil JGB 20-tahun mencapai 2,936%, level yang belum pernah terlihat sejak 1999, sementara imbal hasil JGB 30-tahun mencapai rekor tertinggi di 3,436%, data LSEG sejak 1999 menunjukkan.
Jepang menghentikan program pengendalian kurva imbal hasil (yield curve control) pada Maret 2024, yang membatasi imbal hasil obligasi acuan 10 tahun di kisaran 1%, sebagai bagian dari normalisasi kebijakan yang juga mengakhiri rezim suku bunga negatif terakhir di dunia.
Sekarang, ketika negara tersebut mempertimbangkan untuk menaikkan suku bunga di tengah inflasi yang terus meningkat inflasi telah bertahan di atas target BOJ sebesar 2% selama 43 bulan berturut-turut bayang-bayang lonjakan imbal hasil obligasi semakin membayangi.
Anindya Banerjee, kepala mata uang dan komoditas di Kotak Securities, mengatakan kepada acara "Inside India" di CNBC bahwa jika BOJ kembali menerapkan pelonggaran kuantitatif dan pelonggaran kuantitatif (YCC) untuk membatasi imbal hasil obligasi, yen juga dapat melemah dan memicu inflasi impor, yang memang sudah menjadi masalah.
Meningkatnya imbal hasil obligasi berarti biaya pinjaman yang lebih tinggi bagi Jepang, yang semakin membebani situasi fiskal negara tersebut. Ekonomi terbesar kedua di Asia ini bahkan memiliki rasio utang terhadap PDB tertinggi di dunia, mencapai hampir 230%, menurut data dari Dana Moneter Internasional.
Ditambah lagi dengan pemerintah yang siap mengeluarkan paket stimulus terbesar sejak pandemi untuk menekan biaya hidup dan menopang ekonomi Jepang yang sedang berjuang, kekhawatiran seputar utang Jepang yang membengkak menjadi semakin nyata. (end/CNBC)