28437437
IQPlus, (12/10) - Dana Moneter Internasional (IMF) dalam laporan World Economic Outlook (WEO) terbaru memproyeksikan ekonomi global tumbuh sebesar 3,2 persen di tahun ini dan 2,7 persen pada 2023. Asumsi itu dengan melakukan revisi turun 0,2 persen untuk 2023 dari perkiraan Juli.
Ekonomi global mengalami sejumlah tantangan yang bergejolak, karena inflasi yang lebih tinggi daripada yang terlihat dalam beberapa dekade, pengetatan kondisi keuangan di sebagian besar wilayah, konflik Rusia-Ukraina, dan pandemi covid-19 yang berkepanjangan. Semuanya sangat membebani prospek.
"Ini adalah profil pertumbuhan terlemah sejak 2001 kecuali untuk krisis keuangan global dan fase akut pandemi covid-19 dan mencerminkan perlambatan signifikan bagi ekonomi terbesar," kata laporan itu, dilansir dari Xinhua, Rabu, 12 Oktober 2022.
Kontraksi dalam Produk Domestik Bruto (PDB) riil yang berlangsung setidaknya selama dua kuartal berturut-turut (yang oleh beberapa ekonom disebut sebagai resesi teknis) terlihat di beberapa titik selama 2022-2023 di sekitar 43 persen ekonomi, berjumlah lebih dari sepertiga dari PDB dunia.
Memperhatikan bahwa risiko terhadap prospek tetap luar biasa besar dan ke sisi negatifnya, laporan WEO terbaru mengatakan bahwa kebijakan moneter dapat salah menghitung sikap yang tepat untuk mengurangi inflasi dan lebih banyak guncangan harga energi dan pangan dapat menyebabkan inflasi bertahan lebih lama.
Selain itu, terjadi pengetatan global dalam pembiayaan di mana kondisi tersebut dapat memicu tekanan utang pasar negara berkembang yang meluas. IMF memperingatkan bahwa fragmentasi geopolitik dapat menghambat perdagangan dan arus modal, yang selanjutnya menghambat kerja sama kebijakan iklim.
"Keseimbangan risiko dimiringkan dengan kuat ke bawah, dengan sekitar 25 persen peluang pertumbuhan global satu tahun ke depan turun di bawah 2,0 persen -dalam persentil ke-10 dari hasil pertumbuhan global sejak 1970," tutup laporan itu. (end/ba)