32238622
IQPlus, (19/11) - Beberapa hari setelah Tiongkok mendesak warganya untuk tidak bepergian ke Jepang karena sengketa diplomatik, operator tur East Japan International Travel Service yang berbasis di Tokyo telah kehilangan 80% pemesanannya untuk sisa tahun ini.
Perusahaan kecil ini, yang berspesialisasi dalam tur grup terutama untuk klien Tiongkok, berada di ujung tombak reaksi keras yang mengancam akan memberikan pukulan telak bagi ekonomi Jepang, yang merupakan ekonomi terbesar keempat di dunia.
Peringatan perjalanan yang dipicu oleh pernyataan Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi tentang Taiwan, pulau yang diperintah secara demokratis dan diklaim oleh Tiongkok telah memicu gelombang pembatalan penerbangan dan memukul saham-saham pariwisata di Jepang.
"Ini kerugian besar bagi kami," kata Yu Jinxin, wakil presiden East Japan International Travel Service.
Pariwisata menyumbang sekitar 7% dari total produk domestik bruto Jepang, menurut World Travel & Tourism Council, dan telah menjadi pendorong utama pertumbuhan dalam beberapa tahun terakhir. Data resmi menunjukkan bahwa pengunjung dari Tiongkok daratan dan Hong Kong menyumbang sekitar seperlima dari seluruh kedatangan.
Boikot tersebut dapat mengakibatkan kerugian sekitar 2,2 triliun yen ($14,23 miliar) per tahun, menurut perkiraan Nomura Research Institute. Saham-saham yang terkait dengan pariwisata di Jepang telah anjlok sejak peringatan dikeluarkan pada hari Jumat.
Lebih dari 10 maskapai penerbangan Tiongkok telah menawarkan pengembalian dana untuk rute-rute tujuan Jepang hingga 31 Desember, dengan seorang analis maskapai memperkirakan sekitar 500.000 tiket telah dibatalkan.
Takaichi memicu pertikaian diplomatik paling serius dalam beberapa tahun terakhir antara dua ekonomi teratas Asia tersebut ketika ia mengatakan kepada anggota parlemen Jepang bulan ini bahwa serangan China terhadap Taiwan yang mengancam kelangsungan hidup Jepang dapat memicu respons militer. (end/Reuters)