04955613
IQPlus, (19/2) - Meningkatnya permintaan global terhadap produk halal menjadi peluang besar yang dapat dimanfaatkan oleh pelaku industri dalam negeri, termasuk industri kecil dan menengah (IKM) untuk menjangkau pasar yang lebih luas. Apalagi, pertumbuhan populasi umat muslim dunia, turut pula mendongkrak permintaan pasar produk fesyen muslim, makanan dan minuman hingga produk kosmetik halal.
Di tengah pertumbuhan konsumsi produk-produk halal dunia tersebut, Kementerian Perindustrian semakin gencar memacu para pelaku IKM agar semakin berinovasi dan terus mencari pasar di berbagai negara potensial.
"Sebagai salah satu negara dengan populasi muslim terbesar di dunia, kita tahu bagaimana nilai-nilai ekonomi syariah dan produk halal yang digemari pasar. Namun, jangan sampai kita terpaku pada pasar dalam negeri saja. IKM harus berani keluar dari zona nyaman untuk berinovasi membuat produk yang juga disukai di pasar potensial lainnya," kata Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Reni Yanita dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Rabu (19/2).
Reni menyampaikan, potensi pasar domestik dan mancanegara terhadap produk halal buatan Indonesia diproyeksi akan meningkat seiring dengan besarnya konsumsi produk halal dunia. Laporan State of Global Islamic Economy (SGIE) 2023-2024 yang dirilis oleh Lembaga DinarStandard menyebutkan, peluang konsumsi produk halal dunia mencapai USD2,29 triliun, yang ditopang oleh jumlah populasi muslim dunia mencapai lebih dari 2 miliar jiwa.
Pada laporan tersebut juga disebutkan, belanja penduduk muslim dunia di sektor halal diperkirakan mencapai USD3,1 triliun pada tahun 2027, atau tumbuh 4,8 persen dalam kurun waktu lima tahun. .Hal ini merupakan peluang besar bagi pelaku industri dalam negeri. Apalagi, dari sumber laporan yang sama menyatakan, ekosistem ekonomi syariah Indonesia naik menduduki posisi tiga terkuat di dunia, setelah Malaysia dan Arab Saudi, dari 81 negara yang dinilai,. ungkap Reni.
Dirjen IKMA menambahkan, peningkatan ekonomi syariah ini didukung oleh berbagai sektor unggulan industri halal, di antaranya modest fashion, makanan halal, farmasi, kosmetik halal, perjalanan, hingga investasi keuangan syariah. Khusus di bidang modest fashion, Reni optimistis, pelaku IKM dapat memanfaatkan potensi tren global ini untuk menembus ke pasar global potensial, seperti negara muslim terbesar lainnya.
Pada tahun 2022, belanja busana muslim di pasar global mencapai USD318 miliar atau naik 8,4 persen dari USD293 miliar pada tahun 2021. SGIE memprediksi belanja fesyen muslim akan mencapai USD428 miliar pada tahun 2027, tumbuh pada compounded annual growt rate (CAGR) sebesar 6,1 persen.
"Laporan SGIE juga menyebutkan Indonesia berada di peringkat ketiga pada penilaian di bidang modest fashion, setelah Turki dan Malaysia. Sementara itu, negara dengan konsumsi fesyen muslim terbesar adalah Iran, Turki, Arab Saudi, Pakistan dan Mesir, yang dapat kita jajaki untuk dijadikan negara tujuan ekspor," imbuh Reni. (end)