08254037
IQPlus, (24/3) - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan, penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) dan Standar Industri Hijau (SIH), bisa meningkatkan multiplier effect atau dampak positif berkelanjutan dari hilirisasi baja.
Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kemenperin Andi Rizaldi dihubungi di Jakarta. Senin, mengatakan, hal tersebut karena dua standardisasi itu membantu pengusaha industri pengolahan baja menjaga mutu produk, sehingga produk hilir yang dihasilkan bisa diterima tak hanya di level domestik, namun juga internasional.
"Semakin kompetitif, kemudian semakin bisa diterima oleh pasar luar negeri. Jadi gak cuma nanti mengandalkan pasar dalam negeri yang mungkin konsumsinya masih kecil," katanya.
Dikatakan Andi, melalui penerapan standardisasi itu, pengusaha manufaktur baja bisa melakukan peningkatan produktivitas sekaligus efisiensi, sehingga nantinya berujung pada potensi ekspansi bisnis yang membuka peluang peningkatan serapan tenaga kerja.
Lebih lanjut, ia menyatakan, sektor baja saat ini menjadi salah satu subsektor industri yang masuk dalam prioritas pengembangan oleh Kementerian Perindustrian.
Pihaknya mencatat, sektor baja yang termasuk dalam industri logam dasar terus konsisten menunjukkan kinerja yang gemilang. Hal ini terlihat dari pertumbuhannya yang paling tinggi dibanding sektor lain, misalnya pada semester I tahun 2024, pertumbuhan industri ini mencapai angka 18,07 persen secara tahunan.
Pertumbuhan tersebut didorong tingginya permintaan domestik dan luar negeri. Komoditas logam dasar juga mengalami peningkatan volume ekspor yang cukup tinggi dengan mencapai 25,2 persen untuk logam dasar besi dan baja, serta 24,29 persen untuk pengecoran logam. (end/ant)