KEMENPERIN TEGASKAN KOMITMEN TINGKATKAN UTILISASI INDUSTRI REFRAKTORI NASIONAL

  • Info Pasar & Berita
  • 10 Nov 2025

31353120

IQPlus, (10/11) - Industri manufaktur atau sektor Industri Pengolahan Non Migas (IPNM) kembali menunjukkan kinerja positifnya. Pada triwulan III tahun 2025, sektor IPNM tumbuh sebesar 5,58 persen (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,04 persen (yoy).

"Pertumbuhan ini mencerminkan peran strategis sektor IPNM sebagai motor penggerak perekonomian nasional,"ungkap Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam keterangannya di Jakarta (10/11).

Lebih lanjut, pertumbuhan ini tidak terlepas dari kontribusi sektor Industri Semen, Keramik, dan Pengolahan Bahan Galian Nonlogam (ISKPBGN) yang telah mencatatkan pertumbuhan pada Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 7,34 persen (yoy) sepanjang triwulan III tahun 2025.

"Sektor ISKPBGN terus menunjukkan kinerja yang solid dan stabil, hal ini memacu kami untuk terus meningkatkan utilisasi industri refraktori nasional,"ujar Agus.

Menperin menegaskan bahwa dukungan kebijakan akan diarahkan pada penguatan struktur industri, pengembangan SDM industri, serta perluasan akses pasar ekspor. Langkah ini bertujuan untuk memacu sektor ISKPBGN menjadi pilar penting dalam mewujudkan pertumbuhan industri nasional yang inklusif dan berdaya saing global.

Sebagai tindak lanjut, Kemenperin mengambil langkah konkret untuk memperkuat sektor strategis tersebut, salah satunya melalui kegiatan Business Matching Industri Refraktori Nasional yang dilakukan beberapa waktu lalu di Bandung.

"Kegiatan ini dilakukan untuk memperkuat sinergi antara produsen refraktori di dalam negeri dengan industri pengguna yaitu industri semen, keramik, dan kaca,"ungkap Direktur ISKPBGN Putu Nadi Astuti.

Meskipun investasi di sektor ISKPBGN menunjukkan kinerja positif dengan total realisasi mencapai Rp 10,45 triliun hingga Juni 2025, Putu menyoroti tantangan yang dihadapi oleh subsektor refraktori. Tercatat, rata-rata utilisasi industri refraktori nasional hanya mencapai 33,78% dari total kapasitas terpasang sepanjang tahun 2020 hingga 2024. Hal ini menunjukkan kinerja dan daya saing industri refraktori nasional masih belum optimal.

Pangsa pasar domestik industri ini pun sangat minim, hanya sebesar 12,54% dari seluruh kebutuhan refraktori di dalam negeri.

"Kesenjangan ini menegaskan bahwa produk impor masih mendominasi pangsa pasar di Indonesia," jelas Putu. (end)

Kembali ke Blog