17025077
IQPlus, (19/6) - Harga minyak naik lebih dari 1 persen pada hari Selasa karena meningkatnya risiko geopolitik di Eropa dan Timur Tengah, dimana perang terus mengancam pasokan global.
Minyak mentah berjangka Brent ditutup naik US$1,08, atau 1,3 persen, menjadi US$85,33 per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS berakhir US$1,24, atau 1,5 persen, lebih tinggi pada US$81,57 per barel.
Patokan global Brent telah bangkit kembali dari penutupan awal Juni sebesar US$77,52, namun masih jauh dari level tertinggi US$90 pada pertengahan April.
Harga naik setelah serangan pesawat tak berawak Ukraina menyebabkan kebakaran besar di tangki bahan bakar di terminal minyak di pelabuhan Azov di selatan Rusia, menurut pejabat Rusia dan sumber intelijen Ukraina.
Pelabuhan Azov memiliki dua terminal produk minyak, yang menangani total sekitar 220.000 ton bahan bakar untuk ekspor selama periode Januari hingga Mei.
Serangan yang sedang berlangsung terhadap kompleks penyulingan minyak Rusia menimbulkan ancaman terhadap pasokan fisik global, serta meningkatkan premi risiko yang diperhitungkan dalam harga minyak mentah berjangka.
"Serangan Ukraina mengingatkan pasar bahwa infrastruktur energi Rusia berada dalam bahaya, pasar global membutuhkan barel minyak mentah dan produk olahan untuk menjaga harga tetap terkendali," kata John Kilduff, partner di Again Capital.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, memperingatkan bahwa keputusan perang habis-habisan dengan Hizbullah akan segera diambil, bahkan ketika AS berupaya mencegah perang yang lebih besar antara Israel dan gerakan Hizbullah di Lebanon.
Utusan khusus Amos Hochstein untuk Presiden AS Joe Biden, mengatakan dia telah dikirim ke Lebanon segera setelah perjalanan singkat ke Israel karena situasinya .serius..
"Di mana pun Anda melihat, faktor risiko geopolitik sangat tinggi," kata Phil Flynn dari Price Futures Group.
"Kami belum melihat dampak besar terhadap pasokan, namun hal ini bisa berubah dengan sangat cepat," tambahnya.
Harga juga naik setelah Presiden Federal Reserve New York John Williams mengatakan suku bunga akan turun secara bertahap namun tidak memberikan jadwal pastinya.
Belakangan, harga minyak berada di bawah tekanan ketika Presiden Federal Reserve Boston Susan Collins memperingatkan bahwa .terlalu dini untuk menentukan apakah inflasi akan mampu bertahan lama untuk kembali ke target 2 persen..
Pasar juga mengamati data stok minyak AS yang akan dirilis minggu ini untuk mendapatkan petunjuk mengenai prospek permintaan minyak selama musim berkendara di musim panas. (end/Reuters)