35529511
IQPlus, (22/12) - Bank-bank milik negara terbesar di Tiongkok meluncurkan putaran ketiga penurunan suku bunga deposito dalam setahun ini. Langkah itu seiring upaya pemberi pinjaman untuk mempertahankan profitabilitas di tengah menyusutnya margin dan kebijakan pemerintah yang bertujuan demi meningkatkan konsumsi dan permintaan.
Mengutip The Business Times, Jumat, 22 Desember 2023, Industrial & Commercial Bank of China mengatakan akan menurunkan suku bunga deposito sebanyak 25 basis poin pada beberapa tenor mulai 22 Desember.
Setelah penyesuaian, pemberi pinjaman akan membayar 1,45 persen per tahun untuk deposito satu tahun atau turun dari 1,55 persen. Kemudian 1,65 persen pada deposito dua tahun atau turun dari 1,85 persen. Pemerintah akan membayar 1,95 persen dan dua persen untuk deposito tiga tahun dan lima tahun, turun dari masing-masing 2,2 persen dan 2,25 persen.
Meningkatnya dorongan Tiongkok untuk membuat perbankan raksasanya mendukung perusahaan-perusahaan properti yang sedang berjuang menambah pusaran kesengsaraan bagi sektor senilai USD57 triliun. Margin bunga bersih perbankan merosot ke rekor terendah sebesar 1,73 persen pada September, data menunjukkan.
Angka tersebut berada di bawah ambang batas 1,8 persen yang dianggap perlu untuk mempertahankan profitabilitas yang wajar. Sementara itu, kredit macet telah mencapai titik tertinggi baru, dan pertumbuhan pendapatan berturut-turut sejak 2017 untuk beberapa bank pemerintah terbesar di negara ini mungkin akan terhenti pada tahun ini.
Data ekonomi yang dirilis pada November menunjukkan pemulihan ekonomi Tiongkok masih berada di bawah tekanan akibat lemahnya permintaan dan krisis properti yang berkepanjangan. Menurunkan suku bunga deposito dapat memberi bank lebih banyak ruang untuk memberikan persyaratan yang lebih baik pada pinjaman korporasi dan perumahan.
Hal itu juga dapat mendorong rumah tangga untuk beralih dari simpanan bank ke investasi dan konsumsi lainnya. Sedangkan rumah tangga di Tiongkok meningkatkan porsi pendapatan yang mereka simpan selama pandemi, dan mengalihkan aset keuangan mereka ke deposito bank, sehingga berdampak buruk pada kinerja dana yang membeli saham dan obligasi atas nama rumah tangga. (end/ba)