PMA INDONESIA DI KUARTAL KETIGA NAIK 18,55 PERSEN

  • Info Pasar & Berita
  • 15 Okt 2024

28857892

IQPlus (15/10) - Penanaman Modal Asing (PMA) ke Indonesia naik 18,55 persen pada kuartal ketiga dari tahun sebelumnya menjadi 232,65 triliun rupiah, kata Kementerian Investasi pada Selasa.

Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan tahunan sebesar 16,6 persen pada kuartal kedua. Data tersebut tidak termasuk investasi di sektor keuangan dan minyak dan gas.

PMA telah meningkat di ekonomi terbesar di Asia Tenggara, khususnya di sektor pertambangan dan pemurnian logam, sejak melarang ekspor bijih nikel pada tahun 2020 sebagai bagian dari upaya pemerintah untuk menarik investor dalam rantai pasokan kendaraan listrik (EV).

Pada triwulan Juli-September, industri logam dasar menerima investasi sebesar US$3,03 miliar, transportasi, pergudangan, dan telekomunikasi menerima US$2,02 miliar, dan pertambangan mencatat investasi sebesar US$1,56 miliar.

"Penyumbang utama FDI berasal dari program hilirisasi," kata Menteri Investasi Rosan Roeslani, merujuk pada upaya pemerintah untuk menarik investasi dalam pengolahan sumber daya alam Indonesia yang kaya.

Singapura, Hong Kong, dan Tiongkok merupakan sumber FDI terbesar.

Dengan investasi dari sumber dalam negeri, total investasi langsung pada kuartal ketiga mencapai 431,48 triliun rupiah.

Contoh investasi besar pada periode tersebut antara lain penyelesaian peleburan tembaga yang dioperasikan oleh unit Freeport-McMoran di Indonesia dan perusahaan tambang lokal Amman Mineral Internasional, kata menteri tersebut.

Peluncuran FDI oleh perusahaan Korea Selatan dan perusahaan Cina dalam pembuatan baterai kendaraan listrik diharapkan, kata Rosan, yang ditunjuk sebagai menteri investasi pada bulan Agustus, tanpa menyebutkan nama perusahaan tersebut.

Pendahulunya, Bahlil Lahadalia, mengatakan pada bulan Juli bahwa LG Energy Solution dari Korea Selatan akan meluncurkan pabrik katodenya di Jawa Tengah akhir tahun ini, dan Zhejiang Huayou Cobalt dari Tiongkok akan mulai memproduksi prekursor baterai di Maluku Utara tahun depan.

Pembuat mobil BYD dan Stellantis juga masing-masing telah mendapatkan keringanan pajak atas rencana investasi mereka untuk memproduksi kendaraan listrik di Indonesia, kata Rosan, tanpa memberikan jadwal. (end/Reuters)



Kembali ke Blog