21826078
IQPlus, (7/8)- Presiden AS Donald Trump pada hari Rabu (6 Agustus) mengeluarkan perintah eksekutif yang mengenakan tarif tambahan sebesar 25 persen pada barang-barang India dengan alasan New Delhi terus mengimpor minyak Rusia, yang secara tajam meningkatkan ketegangan antara kedua negara setelah perundingan perdagangan gagal.
Langkah baru ini menaikkan tarif pada beberapa barang India hingga 50 persen salah satu tarif terberat yang pernah dikenakan pada mitra dagang AS mana pun.
Langkah ini diperkirakan akan berdampak pada sektor ekspor utama India termasuk tekstil, alas kaki, serta permata dan perhiasan dan menandai kemerosotan paling serius dalam hubungan AS-India sejak Trump kembali menjabat pada bulan Januari.
Hal ini juga terjadi saat Perdana Menteri India Narendra Modi bersiap untuk kunjungan pertamanya ke China dalam lebih dari tujuh tahun, yang menunjukkan potensi penataan kembali aliansi seiring hubungan dengan Washington merenggang.
India akan mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk melindungi kepentingan nasionalnya," kata Kementerian Luar Negeri India dalam sebuah pernyataan, seraya menambahkan bahwa "sangat disayangkan bahwa AS memilih untuk mengenakan tarif tambahan kepada India atas tindakan yang juga dilakukan oleh beberapa negara lain demi kepentingan nasional mereka sendiri."
Dikatakannya, impor India didasarkan pada faktor pasar dan ditujukan untuk keamanan energi bagi populasinya yang berjumlah 1,4 miliar.
Para analis perdagangan memperingatkan bahwa tarif tersebut dapat sangat mengganggu ekspor India. Tarif tambahan sebesar 25 persen akan berlaku 21 hari setelah 7 Agustus, menurut perintah tersebut.
"Dengan tarif yang sangat tinggi, perdagangan antara kedua negara akan mati," kata Madhavi Arora, ekonom di Emkay Global.
Para pejabat India secara pribadi telah mengakui meningkatnya tekanan untuk kembali ke meja perundingan. Kompromi potensial dapat berupa pengurangan impor minyak Rusia secara bertahap dan diversifikasi sumber energi. (end/Reuters)