14140355
IQPlus, (21/5) - Survei Bank of Japan (BOJ) menunjukkan produsen besar Jepang melihat stabilitas nilai tukar yen sebagai faktor terbesar yang mereka inginkan dari kebijakan moneter bank sentral. Sekitar 70 persen perusahaan yang disurvei mengatakan mereka mengalami kerugian akibat langkah pelonggaran moneter BOJ selama 25 tahun.
Hal itu termasuk melemahnya yen yang mendorong kenaikan biaya impor, menurut survei tersebut. Sekitar 90 persen dari total responden juga merasakan manfaat dari pelonggaran BOJ yang berkepanjangan seperti biaya pinjaman yang rendah, menurut jajak pendapat tersebut, dikutip dari Channel News Asia, Selasa, 21 Mei 2024.
Survei tersebut, yang dilakukan terhadap sekitar 2.500 perusahaan di seluruh negeri, menyoroti pentingnya perusahaan-perusahaan Jepang memandang pergerakan yen dalam menilai dampak kebijakan moneter.
Banyak perusahaan yang disurvei juga mengatakan bahwa mereka tidak lagi mampu mempekerjakan cukup pekerja jika mereka mempertahankan pertumbuhan upah tetap rendah, dan melihat perekonomian di mana upah dan inflasi meningkat secara bersamaan sebagai hal yang lebih menguntungkan daripada perekonomian di mana upah dan harga hampir tidak mengalami pergerakan.
"Jepang berada di titik puncak untuk melihat perubahan besar dalam perilaku perusahaan," kata BOJ dalam survei yang dilakukan sebagai bagian dari tinjauan jangka panjang mengenai pro dan kontra dari langkah pelonggaran moneter di masa lalu.
Sekitar 90 persen perusahaan mengatakan mereka lebih bersedia untuk menaikkan upah terutama untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja. Sementara lebih dari 80 persen mengatakan mereka merasa lebih mudah untuk menaikkan harga dibandingkan dengan sebelumnya, survei menunjukkan.
Temuan ini menggarisbawahi pandangan BOJ bahwa kenaikan upah dan harga akan menjaga inflasi tetap berada di sekitar target 2 persen, dan memungkinkan mereka untuk menaikkan suku bunga dari tingkat yang mendekati nol saat ini. (end/ba)