11231849
IQPlus, (23/4) - Rencana reaktivasi sejumlah jalur rel di Jawa Barat bukan hal baru. Namun tidak berjalan maksimal, lantaran tidak didukung anggaran yang mencukupi .
Gubernur Jawa Barat Dede Mulyadi berencana akan mengaktifkan seluruh jaringan kereta api di Provinsi Jawa Barat. Hal yang sama juga pernah diusulkan Gubernur Jawa Barat sebelumnya Ridwan Kamil. Karena tidak ada dukungan anggaran yang cukup, hanya satu lintas yang dibangun, yaitu Cibatu . Garut sepanjang 19,3 km dengan pembiayaan dari PT Kereta Api Indonesia.
Merunut data dari Direktorat jenbderal perkeretaapian (2010) ada 14 jalur KA non aktif yang berada di Provinsi Jawa Barat, yaitu Banjar . Cijulang (83 kilometer), Cikudapateh . Ciwidey (27 kilometer), Dayeuhkolot . Majalaya (18 kilometer), Rancaekek . Jatinangor . Tanjungsari (12 kilometer), Cirebon . Jamblang . Jatiwangi . Kadipaten (67 kilometer), Mundu - Ciledug . Losari (40 kilometer), Cibatu . Garut . Cikajang (47 kilometer), Jatibarang - Indramayu (19 kilometer), Cikampek . Cilamaya (28 kilometer), Cikampek . Wadas (16 kilometer), Kerawang - Lamaran . Rengasdengklok (21 kilometer), Lamaran . Wadas (15 kilometer), Mundu . Ciledug . Losari (40 kilometer), Tasiksmalaya . Singaparna (17 kilometer). Jalur Cibatu . Garut sudah direaktivasi dan dioperasikan tahun 2022.
Stasiun tertinggi di Indonesia
Stasiun Cikajang menjadi stasiun tertinggi di Indonesia yang berada di ketinggian 1.246 meter di atas permukaan air laut (mdpl). Saat ini, satsiun aktif tertinggi adalah Stasiun Nagreg yang berada di atas ketinggian 848 mdpl. Stasiun ini sudah 43 tahun terbengkalai seiring dengan dihentikannya operasional jalur Cibatu . Garut . Cikajang tahun 1982 (Info Garut, 2025).
Tahun 1970 merupakan masa kejayaan KA Cibatu - Garut - Cikajang, karena menjadi daya tarik para pecinta kereta api dari dalam maupun luar negeri. Jalur Cibatu . Cikajang memiliki panjang sekitar 47 kilometer. sedangkan jalur Garut . Cikajang sepanjang 28 kiloemeter. Ada 4 stasiun yang dilewati, yaitu Stasiun Wanaraja, Stasiun Karangpawitan, Stasiun Garut, Stasiun Samarang, Stasiun Kamojan (922 mdpl), Stasiun Bayongbong (997 mdpl) dan Stasiun Cisurupan (1.216 mdpl).
Menurut Djoko Setijowarno,wakil ketua MTI Pusat dalam keterangannya yang diperoleh Rabu menyebutkan, selain untuk mengangkut penumpang, Staiun Cikajang awalnya dibangun untuk jalur transportasi pengiriman hasil perkebunan. Cikajang sndiri merupakan salah satu daerah penghasil teh terbesar di Garut, sehingga jalur kereta ini membantu mengangkut theh dan juga hasil pertanian lainnya. Belanda sendiri di Cikajang mendirikan sekitar 5 perkebunan teh, yakni di Giriwas, Cisaruni, Cikajang, Papandayan, dan Darajat.
Jalur KA Cibatu - Garut - Cikajang merupakan jalur percabangan yang menghubungkan Stasiun Batu dengan Stasiun Cikajang melewati Kota Garut.
Jalur Cibatu - Garut sepanjang 19,3 km sudah dibangun kembali dan beroperasi pada 22 Maret 2022. Jalur ini dibangun oleh PT KAI selama dua tahun (2019.2022). Jalur Garut-Cibatu dibuka pertama kali pada tahun 1889 dan berhenti beroperasi pada tahun 1983.
"Manfaat reaktivasi jalur ini dapat mendukung perekonomian dan pariwisata daerah Garut. Akan mendulang kembali potensi pariwisata dan perekonomian masyarakat Priangan,"ujar Djoko.
Namun lanjut Djoko, mengaktifkan kembali jalur rel di Jawa Barat, bukan sekedar semangat, namun perlu tekad yang kuat dan anggaran yang cukup. Oleh sebab itu, perlu dukungan anggaran yang pasti. Jika menggunakan APBD, pasti tidak mencukupi. Provinsi Jawa Barat masih perlu membangun jaringan jalan di daerahnya yang perlu segera dituntaskan.
Hal ini menurutnya, tidak bisa mengandalkan swasta untuk membangun jalan rel. Selain investasi mahal, juga pemerintah harus memberikan dukungan operasional nantinya. Tanpa adanya dukungan operasional, pihak swasta tidak tertarik. Lain halnya, membangun jaringan jalan tol (itupun didukung regulasi setiap dua tahun tarif akan naik), hanya cukup bangun prasarana, nanti sarana akan otomatis menggunakannya. Lain halnya dengan moda KA, selain membangun prasarana juga harus menyiapkan sarananya juga.
"Masih banyak kebutuhan anggaran untuk membangun infrastruktur jalan di Jawa Barat. Masih ditemui sejumlah ruas jalan ke pelosok Jawa Barat tidak dapat diakses kendaraan, lantaran kondisi jalan masih berupa tanah dan ketika musim hujan sulit dilewati kendaraan," ujar Djoko lagi.
Sementara Pemerintah Pusat melalui Kementerian Perhubungan, anggaran dipangkas melebihi 50 persen.
Membangun jaringan rel yang sudah lama tidak dioperasikan, imbau Djoko, tidak hanya menggarkan untuk pekerjaan fisik semata. Sejumlah lintas dan stasiun sudah ditempati menjadi permukiman warga setempat. Misalnya, melibatkan Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman untuk pengadaan permukiman baru bagi warga yuang terkena dampak reaktivasi itu. Permukiman sebaiknya tidak jauh dengan tempat tinggal sekarang. Kalaupun jauh, masih disediakan akses layanan angkutan umum. Agar warga yang menghuni mudah mobilitas ke pusat ekonomi. (end)