05759282
IQPlus, (27/2) - PT United Tractors Tbk (IDX:UNTR) pada hari ini mengumumkan laporan keuangan konsolidasian tahun 2023. Perseroan membukukan pendapatan bersih sebesar Rp128,6 triliun atau naik sebesar 4% dari Rp123,6 triliun di tahun 2022.
Sementara, laba bruto Perseroan meningkat sebesar 3% dari Rp34,8 triliun menjadi Rp35,8 triliun. Sedangkan laba bersih Perseroan sedikit turun sebesar 2% menjadi Rp20,6 triliun dari Rp21,0 triliun dikarenakan adanya kenaikan biaya keuangan dan kerugian nilai tukar mata uang asing.
Alhasil, laba per saham dasar UNTR juga turun menjadi Rp5.675 per lembar pada tahun 2023, dari akhir tahun 2022 berada di level Rp5.679 per unit.
Dalam laporan keuangan disebutkan bahwa pendapatan kontraktor penambangan kepada pihak ketiga tumbuh sekitar 12,7% secara tahunan menjadi Rp53,972 triliun. Kemudian, penjualan alat berat penambangan batu bara kepada pihak berelasi naik 39% secara tahunan menjadi Rp13,943 triliun pada tahun 2023.
Akan tetapi, penjualan mesin kontruksi kepada pihak ketiga menyusut 3,3% menjadi Rp31,667 triliun. Lalu, penjualan alat berat tambang batu bara kepada pihak ketiga turun 21,4% menjadi Rp16,556 triliun. Sementara, penjualan alat berat penambangan emas dan mineral lainnya kepada pihak ketiga melorot 31,7% menjadi Rp5,221 triliun.
Segmen usaha Mesin Konstruksi mencatat penurunan penjualan alat berat Komatsu sebesar 8% menjadi 5.270 unit dibandingkan tahun lalu sebesar 5.753 unit. Berdasarkan riset pasar internal, Komatsu memimpin pangsa pasar penjualan alat berat sebesar 29%. Pendapatan Perseroan dari penjualan suku cadang dan jasa pemeliharaan alat berat mengalami peningkatan sebesar 12% menjadi Rp11,6 triliun.
Segmen usaha Kontraktor Penambangan dioperasikan oleh PT Pamapersada Nusantara (PAMA). Sampai dengan bulan Desember 2023, PAMA membukukan pendapatan bersih sebesar Rp54,0 triliun, naik 14% dari Rp47,4 triliun. PAMA mencatat peningkatan volume produksi batu bara sebesar 11% dari 116 juta ton menjadi 129 juta ton, dan volume pekerjaan pemindahan tanah (overburden removal) sebesar 21% dari 954 juta bcm menjadi 1,2 miliar bcm, dengan rata-rata stripping ratio sebesar 9,0x, meningkat dari 8,2x.
Segmen usaha Pertambangan Batu Bara dijalankan oleh PT Tuah Turangga Agung (TTA). Sampai dengan bulan Desember 2023 total penjualan batu bara mencapai 11,8 juta ton, termasuk 2,5 juta ton batu bara metalurgi, atau meningkat 19% dibandingkan tahun 2022. Pendapatan segmen usaha Pertambangan Batu Bara turun sebesar 2% menjadi Rp30,5 triliun dari Rp31,1 triliun di periode yang sama pada tahun 2022 dikarenakan penurunan rata-rata harga jual batu bara.
Segmen usaha Pertambangan Emas dijalankan oleh PT Agincourt Resources (PTAR) yang mengoperasikan tambang emas Martabe di Sumatera Utara. Sampai dengan bulan Desember 2023, total penjualan setara emas dari Martabe mencapai 175 ribu ons, turun 39% dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2022 sebesar 286 ribu ons. Pendapatan bersih segmen usaha Pertambangan Emas dan Mineral Lainnya turun 32% dari Rp7,7 triliun menjadi Rp5,2 triliun.
Segmen usaha Industri Konstruksi dijalankan oleh PT Acset Indonusa Tbk (ACSET). Sampai dengan bulan Desember 2023, Industri Konstruksi membukukan pendapatan bersih sebesar Rp2,2 triliun, naik 136% dibandingkan Rp949 miliar di tahun 2022. ACSET membukukan rugi bersih sebesar Rp270 miliar, turun 40% dibandingkan Rp449 miliar di tahun 2022.
Sejalan dengan strategi pengembangan usaha di sektor energi yang ramah lingkungan, Perseroan telah menetapkan bisnis Energi Baru dan Terbarukan sebagai salah satu strategi transisi Perseroan. Bisnis energi Perseroan dijalankan melalui anak perusahaan yang dimiliki sepenuhnya, PT Energia Prima Nusantara (EPN). Sampai dengan bulan Desember tahun 2023, EPN telah memasang Rooftop Solar PV mencapai 15,1 MWp di sejumlah fasilitas grup Astra.
EPN saat ini mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM) yaitu PLTM Kalipelus berkapasitas 0,5 MW di Jawa Tengah dan PLTM Besai Kemu di Lampung, Sumatera berkapasitas 7 MW yang mulai beroperasi secara komersial sejak bulan Januari 2024. Selain itu, Perseroan juga menargetkan beberapa proyek pembangkit listrik tenaga minihidro di area Sumatra dengan total potensial kapasitas lebih dari 20 MW.
Pada bulan Agustus 2022, Perseroan melakukan investasi pada PT Arkora Hydro Tbk (Arkora) dengan kepemilikan saham sebesar 31,49%. Arkora saat ini mengoperasikan dua PLTM, yaitu PLTM Cikopo 2 di Jawa Barat dengan kapasitas 7,4 MW dan PLTM Tomasa dengan kapasitas 10 MW di Sulawesi Tengah. Arkora juga sedang membangun dua PLTM lainnya, yaitu PLTM Koro Yaentu berkapasitas 10 MW dan PLTM Kukusan 2 berkapasitas 5,4 MW yang masing-masing diperkirakan akan beroperasi pada tahun 2024 dan 2025. Setelah kedua PLTM ini beroperasi nanti, Arkora akan memiliki pembangkit listrik dengan total kapasitas terpasang sebesar 33 MW. Selain itu, pada bulan Desember 2023, Arkora telah melakukan penandatanganan Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik dengan PLN untuk pembangunan proyek PLTM Tomini 10 MW yang berlokasi di Sulawesi Selatan.
Perseroan secara aktif melakukan studi terkait dengan proyek energi terbarukan lainnya seperti geothermal, solar, dan waste-to-energy. Proyek-proyek ini konsisten dengan strategi Perseroan untuk meningkatkan kompetensi di berbagai potensi energi terbarukan dalam rangka mencapai portofolio bisnis yang berkelanjutan.(end)