19755881
IQPlus, (17/7) - Volvo Car membukukan kerugian operasional sebesar US$1,03 miliar pada kuartal kedua, terdampak oleh biaya penurunan nilai yang diumumkan sebelumnya atas keterlambatan model dan meningkatnya biaya tarif.
Penjualan ritel produsen mobil tersebut anjlok 12 persen menjadi 181.600 kendaraan pada periode tersebut. Program penghematan biaya Volvo berjalan sesuai rencana, ungkap perusahaan tersebut pada Kamis (17 Juli).
Dikendalikan oleh Zhejiang Geely Holding Group asal Tiongkok, Volvo merupakan salah satu merek mobil yang paling rentan terhadap tarif. Tarif dan hambatan pengembangan sebelumnya telah membebani profitabilitas dan penjualan model bertenaga baterainya, kendaraan sport utility EX90 dan sedan ES90. Pada hari Rabu, perusahaan mengumumkan rencana untuk mulai memproduksi XC60 terlarisnya di pabriknya di AS, sebuah kendaraan sport utility yang sebelumnya diimpor dari Swedia.
Volvo awal pekan ini memperingatkan bahwa akan diperlukan biaya penurunan nilai sebesar 11,4 miliar kronor Swedia (S$1,5 miliar) akibat keterlambatan produksi model dan meningkatnya biaya tarif.
CEO Hakan Samuelsson direkrut kembali pada bulan April oleh pemiliknya, Li Shufu, untuk membalikkan keadaan perusahaan dengan menyelaraskannya lebih erat dengan grup Geely. Ia juga mendorong program penghematan biaya besar-besaran senilai 18 miliar kronor yang akan berdampak pada sekitar 3.000 lapangan kerja.
Awal bulan ini, Samuelsson mengatakan perusahaan akan menunda produksi skala besar di pabriknya yang sedang dibangun di Slovakia hingga awal 2027, dari target sebelumnya 2026, agar jadwal peluncuran produk lebih selaras. Volvo juga telah sepakat dengan merek saudaranya, Polestar, untuk memproduksi SUV Polestar 7 yang akan datang di fasilitas yang sama mulai tahun 2028. (end/Bloomberg)