33849038
IQPlus, (5/12) - Kantor Penelitian Makroekonomi ASEAN+3 (AMRO) dalam Laporan Stabilitas Keuangan ASEAN+3 (ASEAN+3 Financial Stability Report/AFSR) 2023 menyatakan utang tinggi menyebabkan stabilitas keuangan ASEAN+3 rentan terhadap guncangan yang muncul mendadak.
"Akumulasi utang yang cepat oleh sektor swasta atau publik membuat sistem keuangan lebih rentan terhadap guncangan yang tiba-tiba," kata Kepala Ekonom AMRO Hoe Ee Khor.
Hal itu disampaikan Hoe dalam peluncuran AFSR 2023 pada Forum Kerjasama Ekonomi dan Stabilitas Keuangan ASEAN+3 yang kedua yang diikuti dalam jaringan di Jakarta, Selasa.
Total rasio utang terhadap PDB ASEAN+3, termasuk utang korporasi, rumah tangga, dan publik terus meningkat, mencapai puncaknya pada 325 persen PDB kawasan selama pandemi sebelum turun menjadi 299 persen PDB pada akhir pandemi COVID-19 tahun 2022.
Meningkatnya stok utang dan meningkatnya biaya pembayaran utang di tengah kondisi suku bunga yang tinggi saat ini telah meningkatkan risiko terhadap stabilitas keuangan, terutama karena langkah-langkah dukungan terhadap pandemi telah atau sedang dihapuskan.
Hoe menuturkan peningkatan utang yang lebih tinggi didorong oleh likuiditas yang melimpah dan langkah-langkah penanganan pandemi COVID-19.
Likuiditas yang melimpah dan berbiaya rendah yang disediakan oleh bank sentral global setelah krisis keuangan global telah memicu peningkatan utang ASEAN+3.
Dalam kondisi suku bunga rendah untuk jangka panjang itu, banyak perusahaan, rumah tangga, dan pemerintah di kawasan ini mengambil utang baru untuk membiayai konsumsi dan investasi.
"Lingkungan suku bunga rendah untuk jangka panjang yang ada sebelum kenaikan inflasi global baru-baru ini memfasilitasi akumulasi utang yang besar oleh dunia usaha, rumah tangga, dan pemerintah," ujarnya. (end/ant)