12749701
IQPlus, (7/5) - Aramco akan membayar dividen sebesar US$31 miliar kepada pemerintah Saudi dan investor lainnya meskipun keuntungannya lebih rendah, karena perekonomian kerajaan terus berjuang dengan defisit anggaran.
Eksportir minyak mentah terbesar di dunia mengumumkan total pembayaran, termasuk komponen khusus, untuk kuartal pertama. Aramco mengatakan bahwa distribusi kepada investor dan pemerintah Saudi tahun ini akan lebih tinggi dibandingkan tahun 2023, yang akan membantu mendanai sebagian rencana belanja besar kerajaan tersebut seiring dengan upaya mendiversifikasi perekonomiannya dari minyak.
Pembayaran besar-besaran yang dilakukan Aramco menjadi semakin penting bagi negara Teluk tersebut karena harga minyak masih berada di bawah tingkat yang dibutuhkan untuk menyeimbangkan anggarannya. Putra Mahkota Mohammed bin Salman sedang melakukan usaha-usaha mahal seperti proyek futuristik Neom, bertaruh besar pada pariwisata dan mencari saham di liga olahraga saat ia mencoba mengubah perekonomian. Perusahaan minyak raksasa global seperti Shell juga tetap fokus pada pengembalian uang tunai kepada pemegang saham.
Kerajaan ini membutuhkan minyak sekitar US$108 per barel untuk menyeimbangkan anggaran, termasuk belanja domestik oleh dana kekayaan negara, menurut Bloomberg Economics. Harga acuan minyak mentah di London diperdagangkan di bawah US$84 per barel pada Selasa (7 Mei).
Arab Saudi telah menunda beberapa proyek yang merupakan bagian dari rencana transformasi ekonominya setelah tahun 2030 dan mengurangi ambisinya untuk Neom. Perekonomian negara ini mengalami kontraksi selama tiga kuartal berturut-turut sementara anggaran mengalami defisit selama enam kuartal berturut-turut.
Pembayaran dividen besar-besaran Aramco terjadi bahkan ketika Arab Saudi telah menghidupkan kembali rencana penawaran lanjutan saham perusahaan tersebut yang akan membantu mengumpulkan miliaran dolar AS. Namun para investor global, yang beberapa di antaranya menolak ekspektasi penilaian kerajaan dan rendahnya imbal hasil (yield) dibandingkan dengan rekan-rekan industrinya selama IPO perusahaan tersebut pada tahun 2019, akan mengawasi perekonomian Saudi dan tingkat produksi minyak negara tersebut.
Arab Saudi telah memimpin upaya Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya dalam membatasi produksi dalam upaya mencegah surplus pasokan dan menaikkan harga. Kelompok ini akan berkumpul pada tanggal 1 Juni untuk mempertimbangkan apakah akan memperpanjang pembatasan pasokan hingga paruh kedua tahun ini. Mayoritas pedagang dan analis yang disurvei Bloomberg memperkirakan kelompok tersebut akan memperpanjang pembatasan, mungkin hingga akhir tahun 2024. (end/Bloomberg)