28840339
IQPlus, (15/10) - Laporan Bank Dunia terbaru yang dirilis menyebutkan sebanyak 26 negara termiskin di dunia, yang menjadi rumah bagi 40 persen penduduk paling miskin, memiliki utang lebih banyak daripada sebelumnya sejak 2006 dan semakin rentan terhadap bencana alam serta guncangan lainnya.
Mengutip The Business Times, Selasa, 15 Oktober 2024, laporan tersebut menemukan bahwa ekonomi-ekonomi tersebut saat ini lebih miskin secara rata-rata dibandingkan dengan sebelum pandemi covid-19, bahkan ketika sebagian besar negara di dunia telah pulih dari covid dan melanjutkan lintasan pertumbuhannya.
Dirilis seminggu sebelum pertemuan tahunan Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF) berlangsung di Washington, laporan tersebut mengonfirmasi kemunduran besar dalam upaya untuk memberantas kemiskinan ekstrem.
Selain itu menggarisbawahi upaya Bank Dunia tahun ini untuk mengumpulkan US$100 miliar guna mengisi kembali dana pembiayaannya bagi negara-negara termiskin di dunia, Asosiasi Pembangunan Internasional (IDA).
Ke-26 negara termiskin yang diteliti, yang memiliki pendapatan per kapita tahunan kurang dari US$1.145, semakin bergantung pada hibah IDA dan pinjaman dengan suku bunga mendekati nol karena pembiayaan pasar sebagian besar telah mengering, kata Bank Dunia.
Rata-rata rasio utang terhadap PDB mereka sebesar 72 persen berada pada titik tertinggi dalam 18 tahun dan setengah dari kelompok tersebut mengalami kesulitan utang atau berisiko tinggi mengalaminya.
Sebanyak dua pertiga dari 26 negara termiskin terlibat dalam konflik bersenjata atau mengalami kesulitan menjaga ketertiban karena kerapuhan kelembagaan dan sosial, yang menghambat investasi asing, dan hampir semua komoditas ekspor, yang membuat mereka sering mengalami siklus naik-turun, kata laporan itu.
"Pada saat sebagian besar dunia menjauh dari negara-negara termiskin, IDA menjadi penyelamat mereka. Selama lima tahun terakhir, IDA menggelontorkan sebagian besar sumber daya keuangannya ke-26 negara berpendapatan rendah, menjaga mereka tetap bertahan melalui kemunduran bersejarah yang mereka derita," pungkas Kepala Ekonom Bank Dunia Indermit Gill (end/ba).