30631434
IQPlus, (3/11) - Gubernur Bank of Japan Kazuo Ueda akan terus membongkar pengaturan kebijakan moneter bank sentral yang sangat longgar dan berupaya untuk keluar dari rezim akomodatif yang telah berlangsung selama satu dekade pada tahun depan. Itu menjadi sebuah rencana yang pada dasarnya berisiko dan memerlukan eksekusi yang terampil.
Namun pada akhirnya, strategi keluar dari bank sentral Jepang ini juga memerlukan sedikit keberuntungan, terutama mengingat ketidakpastian global termasuk konflik Timur Tengah dan kekhawatiran mengenai apakah perekonomian AS dapat mencapai kondisi lunak serta lintasan pertumbuhan Tiongkok.
Mengutip Reuters, Jumat, 3 November 2023, niat Ueda didasarkan pada wawancara dengan enam sumber yang mengetahui pemikiran BOJ, termasuk pejabat pemerintah yang berinteraksi langsung dengan bank tersebut.
"Ueda akan tetap berpegang pada pola yang ia tetapkan selama enam bulan masa jabatannya, yaitu bergerak secara bertahap menuju keluar sambil mempertahankan retorika dovish pendahulunya," kata sumber tersebut.
Sejak menjabat pada April, kepala bank sentral tersebut sebagian besar telah mengulangi janji pendahulunya untuk menjaga kebijakan moneter sangat longgar sampai target inflasi dua persen BOJ dapat dicapai secara berkelanjutan.
Namun, dengan inflasi yang melebihi dua persen selama lebih dari setahun, Ueda secara bertahap menghapuskan stimulus era Kuroda yang dimulai dengan penghapusan komitmen untuk mempertahankan suku bunga pada tingkat rendah pada April.
Namun, Ueda akan berhati-hati terhadap jalan keluar yang sempit karena petunjuk kecil sekalipun dapat memicu lonjakan imbal hasil obligasi dan menggagalkan rencana BOJ untuk melakukan soft-landing.
"Pesan utama BOJ saat ini adalah mempertahankan kebijakan ultra-longgar, meski tampaknya bertentangan dengan apa yang sebenarnya mereka lakukan," kata salah satu sumber yang tidak ingin disebutkan namanya karena dia tidak berwenang untuk berbicara secara terbuka. (end/ba)