11940670
IQPlus, (30/4) - Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) Hery Gunardi memandang, perang tarif yang dilancarkan Amerika Serikat (AS) diproyeksikan tidak berdampak terlalu signifikan untuk bisnis perseroan maupun juga untuk Indonesia.
"Perlu dicatat bahwa ekonomi Indonesia, termasuk bisnis BRI, lebih banyak bergantung pada domestic demand atau konsumsi domestik. Sehingga selain dari depresiasi mata uang yang terjadi, perang tarif diproyeksikan tidak berdampak terlalu signifikan untuk bisnis BRI maupun juga untuk Indonesia," kata Hery saat konferensi pers Paparan Kinerja Keuangan BRI Triwulan I Tahun 2025 secara daring di Jakarta, Rabu.
Ia menyampaikan, perekonomian global sepanjang triwulan I-2025 masih diwarnai oleh ketidakpastian, terutama akibat tensi geopolitik dan dampak lanjutan dari perang tarif yang turut menekan aktivitas perdagangan internasional dan rantai pasok.
BRI memperkirakan akan ada dampak jangka pendek akibat kebijakan tarif baru. Namun, saat ini sedang berlangsung negosiasi antara Indonesia dan AS yang diharapkan menghasilkan sepakatan yang lebih baik lagi.
Hery memandang, fundamental ekonomi Indonesia tetap resilien. Hal ini tecermin dari cadangan devisa yang memadai, di mana tercatat naik dari 155,7 miliar dolar AS pada akhir Desember 2024 menjadi 157,1 miliar dolar AS pada akhir Maret 2025.
Di samping itu, konsumsi domestik masih menjadi kontributor utama dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tercatat masih tumbuh positif.
Namun demikian, konsumsi domestik masih belum pulih sepenuhnya kalau dibandingkan dengan kondisi sebelum terjadinya pandemi COVID-19 beberapa tahun yang lalu. Hal ini menjadi tantangan bagi sektor UMKM yang sangat bergantung pada daya beli masyarakat.
"Dalam kondisi tersebut, BRI terus memperkuat perannya sebagai bank yang prorakyat dengan tetap fokus menumbuhkembangkan dan memperdayakan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia sebagai upaya nyata dalam mendukung pertumbuhan dan ketahanan ekonomi Indonesia," kata Hery. (end/ant)