31333389
IQPlus, (10/11) - Peneliti ekonomi Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf R Manilet mengatakan kebijakan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) mendukung pengendalian inflasi dalam menghadapi gejolak ekonomi global.
"Kita lihat upaya menaikkan suku bunga tidak terlepas juga sebagai langkah yang dilakukan BI mengantisipasi kenaikan inflasi yang bisa terjadi di kemudian hari sehingga akhirnya ada trade off antara kemudian memilih stabil atau memilih growth," kata Yusuf di Jakarta, Jumat.
Ia menuturkan kenaikan suku bunga acuan BI merupakan kebijakan yang pro-stability terutama dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS karena indikator pertumbuhan ekonomi Indonesia relatif masih dalam target sasaran.
"Dalam konteks kenaikan suku bunga acuan, saya kira BI dalam hal ini punya kecenderungan untuk memilih lebih stabil karena indikator pertumbuhan ekonominya pun relatif masih berada pada kisaran target yang disasar oleh pemerintah," ujarnya.
Pada triwulan III-2023 perekonomian Indonesia tetap mampu mencatatkan pertumbuhan sebesar 4,94 secara year on year (yoy), meskipun ketidakpastian global dan ketegangan geopolitik masih berlangsung.
Selain itu, inflasi pada Oktober 2023 juga dapat terjaga dalam kisaran sasaran tiga plus minus satu persen.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Oktober 2023 tercatat sebesar 0,17 persen secara month to month (mtm), sehingga secara tahunan menjadi 2,56 persen (yoy).
Sebelumnya, Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 18-19 Oktober 2023 menetapkan kenaikan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6 persen. (end/ant)