14766156
IQPlus, (28/5) - PT CARSURIN Tbk (CARSURIN), pelopor penyedia layanan Testing, Inspection, and Certification (TIC) di Indonesia, hari ini memaparkan pencapaian keuangan dan inisiatif pertumbuhan strategis dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) dan Public Expose.
Dalam siaran pers (28/5) CRSN memaparkan kondisi keuangan yang positif serta strategi masa depan, Direktur Utama Sheila Tiwan bersama jajaran Direksi menjelaskan berbagai pencapaian Perseroan selama tahun 2024, yang menegaskan komitmen Perseroan terhadap pertumbuhan berkelanjutan di tengah dinamika pasar yang menantang.
Kinerja Keuangan dan Proyeksi ke Depan Pada tahun 2024, CARSURIN membukukan pendapatan sebesar Rp448,51 miliar, meningkat Rp4,09 miliar dibandingkan tahun 2023. Untuk tahun buku 2025, Perseroan memprakirakan pertumbuhan pendapatan yang signifikan hingga Rp602,19 miliar, naik 34,26% dari tahun 2024.
Segmen Inspeksi tetap menjadi penyumbang utama pendapatan Perseroan, dengan kontribusi sebesar Rp358,83 miliar di 2024 dan diprakirakan meningkat menjadi Rp457,05 miliar pada akhir 2025.
"Terlepas dari kondisi pasar yang kurang stabil, dedikasi tim kami yang tak tergoyahkan memungkinkan CARSURIN untuk meraih pertumbuhan yang berkelanjutan dan mempertahankan posisi kami sebagai pelopor di industri TIC," ujar Sheila Tiwan, Direktur Utama CARSURIN.
"Kami terus berkomitmen untuk meningkatkan standar layanan dan menjunjung tinggi integritas demi menjaga serta meningkatkan nilai bagi para pihak baik pemangku kepentingan dan pemegang saham".
CARSURIN mencatat EBITDA sebesar Rp69,80 miliar pada 2024, sedikit lebih rendah dibandingkan Rp75,24 miliar pada 2023. Namun, Perseroan memprakirakan pertumbuhan EBITDA yang signifikan menjadi Rp119,31 miliar pada 2025, meningkat 70,93%. Laba operasi dan laba neto juga diprakirakan meningkat tajam masing-masing menjadi Rp73,61 miliar dan Rp45,10 miliar pada 2025.
Sepanjang 2024, CARSURIN mencatat Margin Laba Kotor sebesar 53,76%, dengan menjaga tetap stabil, maka tahun 2025 diprakirakan sebesar 51,87%. Margin laba neto diprakirakan tumbuh dari 5,25% pada 2024 menjadi 7,49% di 2025, seiring dengannya prakiraan margin EBITDA naik dari 15,56% menjadi 19,81%.
Menyoroti pengelolaan keuangan yang berhatihati, Direktur Timotius Tjahjana menyatakan, "Investasi berkelanjutan kami dalam peningkatan kapabilitas operasional, termasuk belanja modal yang signifikan untuk peralatan dan fasilitas, telah memposisikan CARSURIN secara optimal untuk memanfaatkan peluang pertumbuhan dan tetap menjaga arus kas yang sehat".
Arus Kas Bersih dari aktivitas operasi diprakirakan meningkat menjadi Rp68,29 miliar di 2025, mendukung belanja modal sebesar Rp12,47 miliar, sesuai dengan rencana strategis pasca IPO. Arus Kas Bebas yang diprakirakan positif mencapai Rp55,82 miliar pada 2025 juga mencerminkan likuiditas yang kuat, sehingga memberikan kontribusi pada Kas Bersih sebesar Rp18,44 miliar pada 2025.
Pertumbuhan Strategis Selaras dengan Prioritas Nasional
Dalam mengembangkan bisnis, Perseroan menerapkan strategi berbasis intelijen pasar, eksplorasi peluang baru, serta penerapan pemasaran yang efektif. Inisiatif strategis CARSURIN selaras erat dengan prioritas pembangunan nasional Indonesia, dengan penekanan pada sektor Ekonomi Hijau, Ekonomi Biru, dan Transisi Energi.
Pencapaian penting mencakup perolehan akreditasi terkait mitigasi Gas Rumah Kaca serta pengujian keselamatan dan kinerja baterai kendaraan listrik.
Perseroan juga telah berekspansi ke sektor baru seperti analisis jejak karbon, penilaian siklus hidup, pasar amonia, sertifikasi biomassa, serta solusi digital canggih termasuk layanan drone dan analitik berbasis AI. Memanfaatkan pengalaman puluhan tahun dalam pelatihan dan transformasi budaya internal, CARSURIN baru saja meluncurkan CARSURIN Academy, yang bertujuan untuk mengkomersialisasikan keahlian ini dengan menawarkan solusi pelatihan yang disesuaikan kepada organisasi eksternal yang mencari hasil transformasi serupa.
Direktur Timotius Tjahjana menambahkan,"CARSURIN tetap berkomitmen untuk memperkuat fondasi keuangan dan efisiensi operasionalnya, sebagaimana ditunjukkan oleh penurunan Debt-toEquity Ratio yang diprakirakan menjadi 0,43x pada 2025, menegaskan strategi keuangan yang hati-hati dan ketergantungan pada modal internal". (end)