32027608
IQPlus, (17/11) - Ekonom sekaligus Direktur Eksekutif Sagara Institute Piter Abdullah menilai kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS di level 5,25-5,50 persen dan Bank Indonesia (BI) di level 6 persen tidak terlalu mempengaruhi meningkatnya suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR).
"Walaupun ada kenaikan (suku bunga acuan) saya kira tidak akan terlalu tajam, terutama untuk mereka yang sudah mendapatkan KPR, tidak perlu khawatir. Biasanya yang mengalami kenaikan adalah mereka yang mengajukan kredit perumahan baru, tapi kenaikannya tidak akan drastis, tidak akan terlalu memberatkan," kata Piter dalam seminar virtual 'Perbandingan Efektivitas KUR dan KPR' di Jakarta, Kamis.
Piter menjelaskan bahwa saat ini suku bunga acuan memang masih tinggi, serta diproyeksikan masih akan terus meningkat dalam jangka waktu yang lama atau higher for longer.
Namun, peningkatan suku bunga acuan tidak akan terlalu berpengaruh terhadap kredit perumahan. Hal itu menurut Piter, karena dalam sistem perbankan saat ini, suku bunga kredit relatif konstan.
"Menurut saya, kita tidak perlu khawatir, memang tren suku bunga sedang tinggi, higher for longer. dan lama tidak turun-turun. Suku bunga kredit kita itu tidak banyak berubah selam lima tahun terakhir," jelasnya.
Piter Abdullah juga menilai kepemilikan rumah di Indonesia meningkat signifikan pasca pandemi.
Hal itu tercermin dari data Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatat persentase rumah tangga yang memiliki rumah pada 2020 sebesar 80,10 persen, meningkat pada 2021 mencapai 81,08 persen, kemudian naik menjadi 83,99 persen pada 2022.
"Artinya dari total semua rumah tangga yang ada di Indonesia 83,99 persen atau sekitar 84 persen dari mereka itu memiliki rumah, hanya 16 persen yang tidak memiliki rumah, yang artinya mereka ini sewa baik itu rumah susun atau kontrak," katanya. (end/ant)