09847413
IQPlus, (9/4) - Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira Adhinegara menilai wacana pemerintah Indonesia untuk melakukan relaksasi impor harus dilakukan dengan hati-hati.
Hal ini menyusul Presiden RI Prabowo Subianto pada Selasa (8/4) yang secara tegas meminta jajaran Kabinet Merah Putih (KMP) untuk menghapus kuota produk-produk impor sehingga mempermudah kelancaran para pengusaha Indonesia dalam berusaha, terutama yang bermitra dengan pihak global.
"Soal relaksasi impor harus dilakukan ekstra hati-hati. Setidaknya ada dua pertimbangan jika (regulasi terkait kuota) impor direvisi," kata Bhima di Jakarta, Rabu.
Menurut Bhima, pertimbangan pertama adalah terkait perang dagang yang membuat produsen dari berbagai negara mencari pasar alternatif.
"Contohnya pakaian jadi dari Vietnam, Kamboja dan China akan membanjiri pasar Indonesia," ujar Bhima.
Sementara itu Ekonom sekaligus Direktur Ekonomi Digital Center of Economics and Law Studies (Celios) Nailul Huda mengungkapkan insentif kepada masyarakat seperti insentif untuk kebutuhan listrik dan energi dapat memperbaiki dan memperkuat daya beli masyarakat di tengah perang dagang global.
"Pemerintah dapat pula menguatkan permintaan domestik dengan memperbaiki daya beli masyarakat. Salah satunya melalui insentif-insentif bagi masyarakat kelas menengah ke bawah seperti kebutuhan listrik dan energi," katanya, (end/ant)