21140028
IQPlus, (30/7) - Optimisme tentang prospek pertumbuhan global tahun ini dan tahun depan tumbuh di antara ratusan ekonom yang disurvei oleh Reuters. Kondisi itu dengan risiko masih condong ke inflasi yang lebih tinggi, bahkan saat mereka berpegang teguh pada perkiraan mereka untuk penurunan suku bunga.
Sementara sebagian besar bank sentral utama berhasil tahun lalu dalam menjinakkan laju inflasi yang meroket dengan kenaikan suku bunga yang cepat, ekonomi global yang tangguh dengan pertumbuhan lapangan kerja dan upah yang kuat telah membuat risiko tekanan harga melonjak lagi tetap ada.
Secara keseluruhan, mayoritas 56 persen ekonom -114 dari 202 yang menanggapi pertanyaan tentang inflasi dalam jajak pendapat global yang mencakup hampir 50 ekonomi teratas yang dilakukan pada 8-25 Juli- mengatakan inflasi mungkin lebih tinggi daripada yang mereka perkirakan untuk sisa tahun ini daripada lebih rendah. Begitu pula dengan suku bunga.
Ekonomi global diperkirakan tumbuh 3,1 persen tahun ini dan tahun depan, naik dari perkiraan 2,9 persen dan 3,0 persen dalam jajak pendapat April dan hampir sejalan dengan prediksi terbaru Dana Moneter Internasional. Namun, bahkan dengan kenaikan tersebut, banyak bank sentral diperkirakan masih akan memangkas suku bunga setidaknya dua kali hingga akhir tahun.
"Saya pikir cerita besarnya di sini adalah bahwa pertumbuhan global telah berhasil terus melaju, ekonomi global telah berhasil bertahan dalam menghadapi banyak tekanan dan ketegangan dan tentu saja siklus pengetatan besar dalam dua tahun terakhir," kata Kepala Ekonom BMO Capital Markets Douglas Porter, dikutip dari Channel News Asia, Selasa, 30 Juli 2024.
"Pertumbuhannya masih sedikit lebih cepat dari tiga persen meskipun menghadapi berbagai macam tantangan. Kami memperkirakan pertumbuhan akan bertahan di kisaran tiga persen hingga paruh kedua," tuturnya.
Optimisme itu bertolak belakang dengan kekhawatiran awal tahun ini mengenai apakah ekonomi AS akan mampu menyerap musim pengetatan moneter yang agresif tanpa kemerosotan, meskipun kekhawatiran tentang ekonomi nomor dua, Tiongkok, tetap ada. (end/ba)