31549789
IQPlus, (12/11) - Harga minyak melemah pada hari Rabu, tetapi mempertahankan sebagian besar kenaikannya dari sesi sebelumnya di tengah ekspektasi bahwa berakhirnya penutupan pemerintah AS terlama dapat meningkatkan permintaan di negara konsumen minyak mentah terbesar di dunia.
Harga minyak mentah Brent berjangka turun 22 sen, atau 0,34%, menjadi $64,94 per barel pada pukul 06.25 GMT setelah naik 1,7% pada hari Selasa. Minyak mentah West Texas Intermediate AS turun 22 sen, atau 0,36%, menjadi $60,83 per barel, setelah naik 1,5% pada sesi sebelumnya.
Dewan Perwakilan Rakyat AS yang dikuasai Partai Republik akan melakukan pemungutan suara pada Rabu sore atas rancangan undang-undang (RUU), yang telah disetujui Senat, yang akan memulihkan pendanaan bagi lembaga-lembaga pemerintah hingga 30 Januari.
Pembukaan kembali pemerintahan akan meningkatkan kepercayaan konsumen dan aktivitas ekonomi, sehingga mendorong permintaan minyak mentah, tulis analis pasar IG, Tony Sycamore, dalam sebuah catatan.
Berakhirnya penutupan pemerintah AS, yang telah mengganggu puluhan ribu penerbangan dalam beberapa hari terakhir saja, juga dapat mendorong peningkatan perjalanan dan konsumsi bahan bakar jet menjelang musim liburan mendatang.
Badan Energi Internasional (IEA) dalam World Energy Outlook tahunannya pada hari Rabu memperkirakan bahwa permintaan minyak dan gas dapat terus tumbuh hingga tahun 2050.
Perkiraan ini menyimpang dari ekspektasi IEA sebelumnya bahwa permintaan minyak global akan mencapai puncaknya pada dekade ini, karena badan internasional tersebut beralih dari metode perkiraan yang didasarkan pada janji iklim kembali ke metode yang hanya memperhitungkan kebijakan yang ada.
Skenario kebijakan saat ini, yang terakhir digunakan pada tahun 2019, menunjukkan bahwa permintaan akan naik sekitar 13% hingga pertengahan abad, dibandingkan dengan level tahun 2024.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan Badan Informasi Energi AS (EIA) juga akan merilis proyeksi bulanan mereka pada hari Rabu.
Di sisi pasokan, dampak sanksi AS terhadap dua produsen minyak terbesar Rusia, Lukoil dan Rosneft, semakin memperkuat harga. (end/Reuters)