00559779
IQPlus, (6/1) - Kepala Center of Macroeconomics and Finance Institute for Development of Economics and Finance (Indef) M Rizal Taufikurahman menyatakan bahwa tingkat suku bunga acuan yang tinggi disertai inflasi yang rendah justru berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi.
Hal tersebut karena suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI rate yang tinggi disertai inflasi yang rendah seperti yang terjadi saat ini, masing-masing tercatat sebesar 6 persen dan 1,57 persen year-on-year (yoy) pada Desember 2024, dapat menciptakan suku bunga riil yang tinggi.
"Suku bunga riil yang tinggi cenderung meningkatkan biaya pinjaman riil yang dapat menekan investasi dan konsumsi, serta memperlambat pertumbuhan ekonomi," ucap M Rizal Taufikurahman Senin.
Ia mengatakan bahwa BI rate yang tinggi cenderung meningkatkan suku bunga pinjaman perbankan, sehingga membatasi akses masyarakat terhadap pembiayaan yang kemudian mengurangi daya beli, konsumsi domestik, dan kemampuan berinvestasi.
Kondisi tersebut, lanjutnya, menyebabkan rendahnya tekanan permintaan dalam perekonomian di tengah masyarakat, sehingga menekan laju inflasi.
Meskipun demikian, Rizal menuturkan bahwa tingkat inflasi yang terjaga rendah dan stabil juga dapat memberikan ruang bagi Bank Indonesia untuk menyesuaikan kebijakan moneternya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.(end/ant)