34044031
IQPlus, (7/12) - Keketuaan Indonesia pada Komunitas Kelapa Internasional (Internasional Coconut Community/ICC) resmi diserahkan kepada SriLanka dalam Sesi Tahunan ke-59/Pertemuan Tingkat Menteri ICC di Bandar Lampung,Provinsi Lampung, Rabu (6/12). Di bawah KeketuaanIndonesia, ICC berhasil menyepakati komitmen dalam mengembangkan kerjasama dan tindakan kolektif untuk memecahkan permasalahan bersama dan memperoleh manfaat ekonomi, khususnya dalam produksi, pemasaran,dan penelitian dalam menghadapi tantangan global.
"Misi ICC untuk mengatasi dinamika dan tantangan global memerlukan optimalisasi kolaborasi banyak pemangku kepentingan mulai dari hulu ke hilir, termasuk petani, pengusaha, dan pemerintah sehingga berkontribusi terhadap kesejahteraan petani dan pemangku kepentingan kelapa serta memastikan pencapaian tujuan pengembangan kelapa yang berkelanjutan. Untuk menghadapi kampanye negatif terhadap minyak kelapa yang tercakup dalam World Health Organization (WHO) Trans-Fat Replace Program, pertemuan menyepakati pernyataan ICC untuk melindungi reputasi dan kualitas minyak kelapa sebagai lemak yang sehat,"tegas Direktur Perundingan Antar Kawasan dan Organisasi Internasional Reza Pahlevi Chairul, selaku Alternate National Liaison Officer dari Indonesia untuk ICC saat menutup Sesi Tahunan ke-59/Pertemuan Tingkat Menteri ICC.
Penutupan ini menandai berakhirnya Keketuaan ICC Indonesia dan selanjutnya Sri Lanka memegang estafet kepemimpinan ICC pada tahun 2024. Turut hadir dalam konferensi pers penyampaian hasil-hasil pertemuan yaitu Sekretaris Direktorat Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Ari Satria dan Direktur Eksekutif ICC Jelfina C.Alouw. Mewakili Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Djatmiko Bris Witjaksono selaku National Liaison Officer dari Indonesia untuk ICC, Reza Pahlevi menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada seluruh menteri, delegasi, dan undangan yang hadir.
"Selama dua hari, kami membahas dan menyepakati sejumlah upaya yang dapat dilakukan negara anggota produsen untuk terus mengembangkan sektor perkelapaan yang berkelanjutan secara global, berdaya tahan dan inklusif,"tegas Reza Pahlevi.
Secara umum, negara-negara anggota ICC menghadapi tantangan, seperti tanaman kelapa yang tua dan sudah tidak produktif, serangan hamadan penyakit, serta dampak negatif perubahan iklim. Upaya perbaikan antara lain melalui pengembangan benih unggul bermutu dan tersertifikasi dengan menggunakan metode konvensional dan kultur jaringan perlu dilakukan. .Selain itu, penting untuk mempromosikan diversifikasi produk dan standar mutu yang baik, serta pengembangan produk-produk inovatif yang bernilai tambah dan berdaya saing,.ungkap Reza.
Reza kemudian menyatakan,pertemuan juga menyepakati aksesi Pantai Gading sebagai negara anggota ICC. PantaiGading menjadi negara Afrika kedua yang bergabung dengan ICC, setelah Kenya. Pantai Gading tercatat sebagai negara ke-21 yang bergabung dalam ICC. (end)