12629296
IQPlus, (7/5) - Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan Indonesia tidak mengalami fase deindustrialisasi atau kondisi sektor manufaktur tidak lagi menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi.
Disampaikan Menperin di Jakarta, Selasa, pernyataan mengenai Indonesia masuk fase deindustrialisasi dapat mudah dibantahkan dengan melihat pertumbuhan ekonomi triwulan I 2025 yang ditopang oleh manufaktur yang dalam rilis Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan kontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) periode tersebut sebesar 17,50 persen.
Selain itu data dari Bank Dunia (World Bank) turut menegaskan bahwa nilai tambah manufaktur nasional (Manufacturing Value Added/MVA) mencapai 255,96 miliar dolar AS atau Rp4,26 kuadraliun (kurs Rp16.634), angka ini tertinggi ke-12 secara global.
"Dari dua faktor saja, MVA dan share terhadap PDB, belum berbicara investasi, belum berbicara penyerapan tenaga kerja manufaktur, itu dengan mudah bisa dipatahkan bahwa Indonesia tidak dalam fase deindustrialisasi," kata dia.
Oleh karena itu, guna memperkuat manufaktur dalam negeri, pihaknya terus mendorong agar diterbitkannya kebijakan-kebijakan yang mendukung perindustrian, sehingga daya saing industri domestik terus meningkat.
"Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk terus memperluas pangsa pasar global, terutama untuk mencoba meningkatkan ekspor produk-produk hilir bernilai tinggi," katanya. (end)