12755377

IQPlus, (7/5) - Pertanyaan utama OPEC+ ketika bertemu bulan depan adalah apakah akan melanjutkan pengurangan pasokan minyak hingga paruh kedua atau tidak. Namun hal ini mungkin juga perlu mengatasi masalah kapasitas produksi jangka panjang.

Mengutip The Business Times, Selasa, 7 Mei 2024, Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya sedang melakukan peninjauan terhadap berapa banyak minyak mentah yang dapat dipompa oleh masing-masing anggota. Menurut JPMorgan, tiga negara utama berhak mendapatkan peningkatan.

Uni Emirat Arab, Kazakhstan, dan Irak akan meningkatkan kapasitas gabungan mereka sebanyak lebih dari 300.000 barel per hari mulai tahun depan, kata analis Natasha Kaneva dalam sebuah laporan.

Abu Dhabi telah mengisyaratkan peningkatan yang lebih besar, dengan produsen negara Adnoc mengumumkan minggu ini bahwa mereka telah meningkatkan kemampuannya sebesar 200.000 barel per hari menjadi 4,85 juta barel per hari.

Namun perluasan yang direncanakan mungkin menimbulkan bahaya bagi persatuan kelompok tersebut, dan harga minyak secara umum.

Pemimpin OPEC+, Arab Saudi, sudah memiliki kapasitas cadangan yang signifikan, dan pertumbuhan permintaan minyak global diperkirakan melambat pada 2025, catat Kaneva. Menstabilkan pasokan dunia, dan dengan demikian menopang harga, menjadi tantangan yang semakin besar dalam kondisi tersebut.

"Masalah utama OPEC masih ada pada 2025. Bahkan jika koalisi mempertahankan pembatasan pasokan pada tahun ini, hal ini tidak mengatasi ketidakseimbangan pada 2025," kata Kaneva.

Mengakomodasi pertumbuhan kapasitas anggota telah terbukti menjadi masalah pelik bagi OPEC+ sebelumnya. Pada 2021, aliansi tersebut hampir hancur total ketika UEA dan Saudi berselisih mengenai ambisi Abu Dhabi untuk melakukan ekspansi. Tahun lalu masalah ini kembali berkobar, dan kompromi akhirnya berujung pada keluarnya Angola setelah puluhan tahun menjadi anggotanya. (end/ba)