PRESIDEN BARU SRI LANKA SERUKAN KERINGANAN PAJAK DI PERTEMUAN PERTAMA IMF

  • Info Pasar & Berita
  • 07 Okt 2024

28040553

IQPlus, (7/10) - Presiden baru Sri Lanka menepati janji kampanyenya untuk mengurangi pajak dan memberikan keringanan lain kepada warga negara dalam pertemuan pertamanya dengan pejabat dari Dana Moneter Internasional (IMF) sejak menjabat.

Mengutip The Business Times, Senin, 7 Oktober 2024, Presiden Anura Kumara Dissanayake, pemimpin sayap kiri yang memenangi pemilihan umum negara Asia Selatan itu dua minggu lalu, menyatakan tetap berkomitmen pada tujuan keseluruhan program pinjaman IMF senilai US$3 miliar.

"Tetapi tujuan tersebut harus dicapai melalui cara alternatif yang meringankan beban rakyat," menurut pernyataan resmi.

Ia mengadakan pertemuan dengan tim IMF, yang dipimpin oleh Krishna Srinivasan, Direktur Departemen Asia Pasifik, untuk hari kedua pada Jumat lalu waktu setempat. Pemerintah ingin memberikan keringanan kepada warga negara yang berjuang di bawah pajak pertambahan nilai dan pajak penghasilan yang tinggi, kata Dissanayake.

Langkah itu menindaklanjuti janji kampanye untuk memberikan keringanan dari langkah-langkah penghematan yang dinegosiasikan oleh pendahulunya untuk mengamankan dana talangan IMF tahun lalu. Para investor khawatir langkah Presiden untuk merundingkan ulang beberapa persyaratan pinjaman dapat menunda pendanaan dari IMF.

Obligasi dolar negara tersebut telah berubah fluktuatif dalam sebulan terakhir, dengan obligasi yang jatuh tempo pada 2030 anjlok hingga serendah 50,3 sen per dolar, terendah sejak Februari, sebelum kembali naik ke 56 sen per dolar, menurut harga indikatif yang dikumpulkan oleh Bloomberg.

IMF telah mengatakan bahwa pihaknya terbuka untuk bernegosiasi dengan pemerintah baru mengenai cara lain untuk mencapai targetnya. Dalam sebuah pengarahan di Washington, Juru Bicara Utama IMF Julie Kozack mengatakan, kinerja Sri Lanka di bawah program pinjaman tersebut telah kuat, dan upaya reformasi membuahkan hasil.

"Namun, seperti yang telah kami katakan sebelumnya, kerentanan dan ketidakpastian yang penting tetap ada, dan ini berarti bahwa mempertahankan momentum reformasi sangatlah penting," pungkas Kozack. (end/ba)



Kembali ke Blog