13657971
IQPlus, (16/5) - Pertemuan Presiden Rusia Vladimir Putin dengan pemimpin Tiongkok Xi Jinping di Tiongkok minggu ini adalah tanda terbaru memperdalam hubungan strategis antara kedua belah pihak. Putin akan melakukan kunjungan kenegaraan selama dua hari ke Tiongkok mulai Kamis atas undangan Xi, hal itu diumumkan pada Selasa.
Ini akan menjadi perjalanan luar negeri pertama pemimpin Rusia tersebut sejak Putin memulai masa jabatannya yang kelima pekan lalu. Hal ini terjadi di tengah meningkatnya ketergantungan Kremlin pada Tiongkok dalam hal perdagangan dan dukungan politik, seiring upaya Kremlin untuk memperkuat kemitraan tanpa batas dengan Beijing di berbagai bidang.
"Sangat jelas bahwa selama dua tahun terakhir ini, Putin menginginkan tiga hal dari Tiongkok," kata Max Hess, peneliti di Foreign Policy Research Institute, dikutip dari CNBC International, Kamis, 16 Mei 2024.
Dia menginginkan kesepakatan untuk pipa gas alam Power of Siberia 2 dan mencari dukungan lebih lanjut dari Tiongkok untuk perang di Ukraina, terutama dalam hal perangkat keras, tambahnya. Putin juga menginginkan akses ke pasar keuangan Tiongkok dan menggunakan mata uang Tiongkok untuk memajukan perdagangan Rusia, kata Hess.
"Kami benar-benar hanya melihat sedikit kemajuan dalam semua hal tersebut Jadi, Putin benar-benar pergi ke Tiongkok untuk melihat apa yang bisa dia dapatkan," tukasnya.
Dalam sebuah wawancara dengan media pemerintah, Xinhua yang diterbitkan sebelum kunjungan tersebut, Putin mengatakan hubungan ekonomi dan perdagangan Rusia-Tiongkok telah berkembang pesat, menunjukkan kemampuan berkelanjutan mereka dalam menanggapi tantangan dan krisis eksternal.
Dia juga mendukung usulan perdamaian Tiongkok mengenai perang Ukraina dan mengatakan Rusia tetap terbuka untuk berdialog dalam menyelesaikan konflik tersebut. Beijing mengeluarkan rencana 12 poin lebih dari setahun yang lalu yang menawarkan prinsip-prinsip yang tidak jelas untuk mengakhiri perang di Ukraina. Rencana tersebut tidak diterima dengan baik oleh sekutu Ukraina dan Barat.
"Putin berada di Ukraina untuk jangka panjang. Dia tidak punya rencana untuk menyerah," kata Hess, seraya menambahkan bahwa pemimpin Rusia tersebut sedang mencoba untuk menekan keuntungannya di medan perang dan di bidang diplomatik dengan Tiongkok. (end/ba)