INFLASI JEPANG DIPERKIRAKAN TEMBUS DI ATAS 3% DI AKHIR TAHUN

  • Info Pasar & Berita
  • 08 Agt 2022

19081732

IQPlus, (8/8) - Beberapa ekonom Jepang sedang merevisi proyeksi inflasi mereka dengan memperkirakan percepatan lanjutan inflasi di atas tiga persen pada akhir tahun ini. Kondisi itu menunjukkan lebih banyak tantangan ke depan di bulan-bulan terakhir Gubernur Bank of Japan (BOJ) Haruhiko Kuroda.

"Kami menaikkan prospek CPI kami karena menjadi jelas bahwa gelombang kenaikan harga pangan akan berlanjut hingga musim gugur, kemungkinan melebihi cakupan dan besaran yang kami asumsikan," tulis Ekonom Citigroup Kiichi Murashima dan Katsuhiko Aiba, dilansir dari The Business Times, Senin, 8 Agustus 2022.

Kenaikan harga konsumen tidak termasuk makanan segar, ukuran inflasi utama BOJ, akan meningkat menjadi 3,2 persen pada Oktober, tertinggi sejak Februari 1991, kata para ekonom. Laporan tersebut mengikuti revisi naik pada oleh SMBC Nikko Securities, yang sekarang memprediksi kenaikan inflasi sekitar tiga persen pada Desember.

Meningkatnya biaya hidup akan memperumit tugas komunikasi Kuroda sebelum masa jabatannya berakhir pada April, karena lebih banyak kritik dapat membangun bahwa target inflasi bank sentral telah tercapai.

Sejauh ini gubernur sudah menunjukkan tekad untuk bertahan dengan pelonggaran moneter tanpa adanya kenaikan upah yang solid. Disesuaikan dengan inflasi, gaji Jepang menyusut untuk bulan ketiga di bulan Juni, menurut laporan pemerintah.

Baik Citi maupun SMBC Nikko menunjukkan kekuatan harga makanan olahan karena bisnis cenderung terus membebankan biaya yang melonjak kepada konsumen. Perusahaan makanan mengatakan jumlah item yang mengalami kenaikan harga kemungkinan melonjak menjadi 6.305 item pada Oktober, menurut survei Teikoku Databank.

Itu dibandingkan dengan rata-rata bulanan 1.151 item hingga Juli tahun ini. Namun, ekonom Citigroup tidak melihat pergeseran ini memicu pergeseran kebijakan yang lebih cepat dari bank sentral Jepang.

"Inflasi yang mendasarinya masih rendah, dengan perubahan harga yang konstruktif terbatas ketika kita mengecualikan makanan, energi, dan pengaruh depresiasi JPY. Oleh karena itu BOJ tidak mungkin untuk memulai perubahan kebijakan awal, dalam pandangan kami, dan kami memperkirakan kebijakan akan tetap ditahan hingga 2023," pungkasnya. (end/ba)


Kembali ke Blog