34360660
IQPlus, (9/12) - Rubel Rusia menguat melewati 100 terhadap dolar AS dan diperdagangkan di 99,50 pada Jumat waktu setempat. Hal itu terjadi setelah keputusan Presiden Rusia Vladimir Putin yang membuka opsi pembayaran baru bagi pembeli gas Rusia dari Eropa, yang memungkinkan aliran mata uang asing untuk dilanjutkan.
Mengutip Reuters, Senin, 9 Desember 2024, Rubel menguat sebesar 1,5% terhadap dolar, menurut data over-the-counter dari bank. Rubel juga naik sebesar 2,4% pada 13,57, melampaui 14, terhadap yuan Tiongkok dalam perdagangan di bursa saham Moskow.
Keputusan Putin berarti bahwa pembeli gas Rusia dari Eropa, termasuk Hungaria dan Slovakia, yang sebelumnya menggunakan Gazprombank untuk transaksi mereka, sekarang dapat mengonversi mata uang mereka menjadi rubel di bank lain yang tidak dikenai sanksi.
Sanksi AS yang dijatuhkan pada Gazprombank pada 22 November mengganggu pasar mata uang asing Rusia, yang menyebabkan penurunan nilai tukar rubel terhadap dolar sebesar 15%. Mata uang Rusia kini berada di jalur menuju minggu terbaiknya dalam empat bulan, yang menunjukkan pasar telah menyesuaikan diri dengan sanksi.
Rubel telah melemah sejak 6 Agustus, hari pertama serangan Ukraina ke wilayah Kursk Rusia. Sedangkan Menteri Keuangan Rusia Anton Siluanov secara langsung mengaitkan masalah pembayaran energi dan sanksi AS terhadap Gazprombank dengan melemahnya rubel, dengan mengatakan volatilitas akan hilang segera setelah solusi pembayaran ditemukan.
"Para pelaku perdagangan luar negeri kami tengah mencari cara untuk menyelesaikan masalah dengan rekan-rekan mereka di luar negeri, jadi saya pikir tinggal satu minggu lagi dan semuanya akan baik-baik saja," kata Siluanov.
Para analis dan pedagang sependapat dengan pandangan ini, dengan mengatakan keputusan Putin telah membuka pembayaran energi, sehingga mata uang Rusia menguat.
"Pendapatan ekspor besar yang sebelumnya terhenti, yang terhenti karena sanksi perbankan baru, mungkin telah 'dibuka' dan kini telah masuk ke pasar, yang sudah sangat tipis," kata seorang pedagang valas di sebuah bank besar Rusia, yang menolak disebutkan namanya, kepada Reuters, menjelaskan alasan kenaikan rubel. (end/ba)