Laba bersih Bank Jago (ARTO) di 3Q23 sebesar Rp10 miliar (-57% qoq; -17% yoy), sehingga akumulasi laba bersih di 9M23 sebesar Rp50 miliar, di bawah proyeksi kami (57% dari FY23F) dan konsensus Bloomberg (45% dari FY23F). Penurunan laba bersih qoq di 3Q23 terutama disebabkan oleh lemahnya pendapatan. NIM di 9M23 sebesar 10% (-1% pt yoy) disebabkan oleh: 1) proporsi yang lebih rendah dari kredit syariah dengan yield yang lebih tinggi (9M23: 8.3% vs. 9M22: 27.8%), dan 2) pertumbuhan kredit yang lebih lemah di 3Q23.
Manajemen ARTO memangkas proyeksi pertumbuhan kredit FY23F menjadi 35% yoy (termasuk syariah), dari sebelumnya 40% yoy, karena pembiayaan syariah yang terus menyusut seiring adanya masalah kualitas aset.
Kemajuan sinergi dengan ekosistem GOTO, GoTo Financial (anak perusahaan GOTO) telah berkontribusi sekitar 80% dari penyaluran kredit di 3Q23 (60% di 9M23), yang direncanakan dapat mencapai angka 100% dalam waktu dekat. Dalam hal pendanaan, ARTO mengatakan bahwa sinergi dengan Gopay Tabungan yang diluncurkan pada pertengahan Oktober-23, telah mencapai 200 ribu pengguna dan 1,3 juta transaksi senilai Rp175 miliar (suku bunga tabungan: 2.5%, lebih tinggi dari suku bunga tabungan bank konvensional). Meskipun masih dalam tahap awal, sinergi dengan Gopay Tabungan akan membantu ARTO mencapai saldo tabungan yang lebih tinggi, karena saldo float (saldo dari e-wallet dalam hal ini GoPay) akan dicatat sebagai tabungan ARTO dalam neraca keuangannya, bersama dengan data transaksi dari pengguna GoPay.
Setelah mempertimbangkan prospek pertumbuhan kredit yang lebih lemah, kami memangkas EPS FY23-24F sebesar 23.6/24.3%. Kami menurunkan rekomendasi dari Add menjadi Hold dengan target harga (TP) yang lebih rendah Rp1,650/saham dari sebelumnya Rp3,200. (berdasarkan 2.7x FY24F P/BV). Katalis upside: pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dari perkiraan, kenaikan laba dan ROE. Risiko: biaya dana (CoF) yang lebih tinggi, kualitas kredit yang memburuk, dan pertumbuhan kredit yang lebih lemah.