Laba bersih (NP) ARTO naik 139% YOY dan 12% QOQ menjadi Rp67 miliar pada 2Q25 ditopang oleh penurunan provisi. Oleh karena itu, NP 1H25 melonjak 154% YOY menjadi Rp127 miliar, tetapi masih di bawah ekspektasi, yaitu 35% dari proyeksi setahun penuh kami dan 42% dari estimasi konsensus Bloomberg. Biaya operasional (OPEX) meningkat 5.4% QOQ pada 2Q25 dan 20.6% YOY pada 1H25 karena adanya biaya yang dikeluarkan untuk memperkenalkan produk baru. Dalam earnings call ARTO untuk 2Q25, manajemen memperkirakan pertumbuhan opex sekitar 20% pada FY25F dengan CIR sekitar 60% (1H25: 58%). Kredit tumbuh 36.8% YOY dan 5.8% QOQ menjadi Rp21,4 triliun pada 2Q25, sesuai target ARTO sebesar 30-35% YOY untuk FY25F. Kredit dari GOTO (GOTO IJ, Add, TP: Rp88, CP: Rp59) berkontribusi sekitar 21% dari total kredit pada 2Q25.
Komposisi kredit ARTO bergeser ke kredit dengan imbal hasil lebih rendah tetapi berkualitas lebih tinggi pada 2Q25, sementara cost of fund meningkat sebesar 10 basis poin (QOQ). Selain itu, pemangkasan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI) sebesar 25 basis poin pada bulan Apr 25 memengaruhi imbal hasil bank dari aktivitas treasury. Risk-adjusted NIM untuk kredit turun sebesar 20 basis poin (QOQ) menjadi 5.6% pada 2q25. Kami berpendapat bahwa persaingan dari bank digital lain dapat memengaruhi imbal hasil kredit pada FY25F karena kontribusi dari pinjaman digital langsung (imbal hasil lebih tinggi) akan lebih signifikan mulai FY26F dan seterusnya. Pada 2Q25, pinjaman digital langsung hanya mencapai 1%-2% dari total kreditnya. Di sisi positifnya, bank mengantisipasi cost of fund yang lebih rendah pada 2H25F, yang dapat membantu mencegah penurunan lebih lanjut dalam risk-adjusted NIM.
ARTO berencana untuk menarik lebih banyak nasabah tetap dengan fitur-fitur seperti menghubungkan kartu debitnya ke rekening valuta asing. ARTO juga telah memperoleh izin untuk menjadi kustodian perdagangan aset keuangan digital. Manajemen sedang menunggu persetujuan BI untuk meluncurkan produk tabungan berbasis emas. Jumlah nasabah ARTO meningkat sebesar 5.5% QOQ menjadi 17,2 juta pada akhir 2Q25, termasuk 3,7 juta nasabah yang menerima pinjaman. Menurut pandangan kami, basis nasabah yang lebih berkualitas akan membantu meningkatkan simpanan dan fee-based income.
Kami mempertahankan rating "ADD" karena kami memperkirakan pertumbuhan kredit akan tetap di angka dua digit dan akan mengarah pada peningkatan laba dan ROE. Kami memangkas EPS FY25-26F sebesar 28.6%-40.8% karena tekanan NIM dari imbal hasil kredit yang lebih rendah dari perkiraan dan cost of fund yang lebih tinggi dari perkiraan meskipun CAGR kredit FY21-24 yang kuat sebesar 49%. Oleh karena itu, kami menurunkan TP berbasis GGM menjadi Rp2,200, sekarang berdasarkan P/BV FY26F 3.3x dibandingkan sebelumnya 4.5x. Downside risks: pertumbuhan kredit yang lebih lambat dari perkiraan, penurunan kualitas aset, dan tekanan pada NIM. Re-rating catalysts: pemulihan risk-adjusted NIM dan pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dari perkiraan.